Rabu, 31 Oktober 2007

Topik 54: Latihan Surat Al-'Ashr (Pendahuluan)

Bimillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan mulai masuk ke surat pendek lainnya. Oh ya, saya janji untuk mengulas bacaan-bacaan sholat ya? Kalau boleh nawar, habis seluruh surat-surat pendek saja bagaimana? Atau bagi yang sudah gak sabar, sekarang kan banyak buku-buku mengenai sholat, disitu ada terjemahannya juga kan…

Masalah lain adalah sampai saat ini belum semua materi tatabahasa Arab kita sudah selesaikan. Masih banyak lho, materi yang belum. Contoh, masalah inna atau anna. Kemudian KKT 3 s/d 7, juga belum kita bahas. Berikut hal-hal yang kecil-kecil, seperti Jamak Taksir, belum kita perdalam. Sebagai perbandingan, dalam buku-buku standar pelajaran babasa Arab, Jamak Taksir (kata benda jamak tidak beraturan) saja dibahas dalam satu sampai dua bab sendiri. Dari seluruh peta perjalanan, kita sudah sampai mana? Saya katakan sampai topik 53 ini kita baru menyentuh 10 – 15% materi… wuihhh…. Still long way to go man!!! Gpp… tetap semangaaattt!!!

Baiklah, kita masuk ke latihan surat Al-‘Ashr, surat ke 103 di Al-Quran. Surat ini pendek sekali hanya 3 ayat. Tapi banyak sekali pelajaran bahasa Arab yang akan (Insya Allah) kita pelajari. Apa saja? Seperti biasa, fokus latihan kita adalah:
1. Mendapatkan mufrodad (vocabulary) baru
2. Mempelajari tata-bahasa (nahwu – shorof)
3. Menyinggung sedikit mengenai ahamiatuhu (nilai penting)nya, berupa tafsir dari beberapa ulama.

Di topik 54 ini kita akan bahas point no. 3 yaitu ahamiyyah - nilai pentingnya (أهمية) surat Al-‘Ashr ini. Seperti biasa kita pakai beberapa kitab tafsir seperti Ibnu Katsir atau Tafsir Al-Azhar. Oke... sebelum menyinggung ahamiyyah surat ini, maka saya akan “janjikan” dulu dari aspek tatabahasa (point 2) kira-kira kita akan belajar apa?

Oke... Dalam surat ini, banyak pelajaran tatabahasa yang kita bisa pelajari. Inilah peta perjalanannya:
1. Mengetahui makna dan fungsi waw- و
2. Makna dan fungsi Inna - إنّ atau Anna أنّ
3. Pemakaian LAM taukid (penguat)
4. Pemakaian kata pengecualian illa إلاّ
5. Bentuk Jamak Salim Muannats
6. KKT 4 (Kata Kerja Turunan ke 4) dengan wazan تفاعل

Wuih... banyak juga ya... Hehe... no worries, laa tahzan... sabar ya... Insya Allah kita akan pelajari satu-satu... Kalau bisa sih dalam topik yang terpisah biar lebih fokus ya... Insya Allah...

Ahammiyah Surat Al-Ashr

Surat ini merupakan surat yang termasuk golongan surat Makiyyah, atau surat yang turun dalam periode sebelum Hijrah. Sebagian kecil salaf, seperti Mujahid, Qatadah, dan Muqotil memasukkan kedalam golongan Madaniyah, tetapi mayoritas memasukkan ke dalam kategori Makkiyyah. Ciri-ciri surat Makkiyyah sangat kental di surat ini. Surat Makkiyyah datang pada masa-masa awal Islam. Ayat-ayatnya biasanya pendek-pendek, tapi jelas, dan lantang terdengar ditelinga. Siapa yang melintas mendengar, akan tersentak, dan terdiam untuk mendengarkan.

Pesan yang singkat, padat, dan pendek lebih memancing perhatian orang. Lihatlah poster-poster iklan sekarang. Tidakkah mereka pakai strategi itu juga. Contoh, salah satu operator seluler baru iklannya spt ini:

“Gratis SMS ke sesama X, Mau?”

Atau iklan pembasmi nyamuk:

“Yang lebih bagus? Yang lebih mahal banyak!”

Atau iklan waktu Pilpres kemaren:

“Bersama kita bisa!”

Ya, ilmu komunikasi massa sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri. Dalam dunia marketing kita kenal istilah yang sangat masyhur: Marketing Mix 4 P. Yaitu Product, Place, Price, Promotion. Nah promosi (iklan) itu sudah menjadi pilar marketing sendiri. Dan lihatlah, strategi yang disampaikan Al-Quran 15 abad yang lalu, dimasa-masa awal Islam, pada masa introduction (pengenalan produk ke masyarakat), bahasa-bahasa iklan yang sesuai dengan psikologi massa sudah digunakan. Bahasanya singkat, padat, dan lantang.

“DEMI MASA”

Coba banyangkan kalau ada orang yang berbicara keras, ditengah kerumunan orang, dengan kalimat singkat diatas “Demi Masa!”. Tentulah akan menarik perhatian orang disekitarnya. Apa maksudnya nih... “Demi Masa”? Kenapa? Ada apa dengan waktu?

Itulah salah satu mu’jizat Al-Quran. Bahasanya sangat manusiawi. Menyentuh semua level kepandaian. Dari orang rata-rata sampai genius. Dari buruh & petani sampai saudagar. Dari tamatan SD sampai Profesor. Semua bisa memahami Al-Quran dengan bahasanya yang menyentuh tsb.

Ambil contoh, di Al-Quran dikatan

كل نفس ذائقة الموت - kullu nafsin dzaa-iqatu al-maut

Yang diterjemahkan: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Orang yang awam akan merasakan: oohh… tiap yang hidup akan mati. Orang yang ahli biologi atau dokter, langsung terbayang bagaimana syarat suatu kehidupan (seperti pembakaran makanan perlu oksigen, aliran darah dst), yang jika itu berhenti, maka akan matilah dia. Orang yang mengerti rasa bahasa Arab, akan melihat ayat itu dengan takjub juga. Perhatikan kata dzaa-iqa ذائق diterjemahkan merasakan (catatan: sebenarnya yang pas itu, "yang merasakan" karena ini isim fa'il, sama dengan kasus faa-i-zin & 'aa-i-din). Kata dzaa-iqa ini akarnya adalah ذاق – dzaaqa, yang artinya mencicipi (to taste), sehingga kata dzaa-iqa itu = yang mencicipi. Bayangkan indahnya bahasa Al-Quran. Tiap yang berjiwa akan mencicipi kematian. Seperti hidangan, ayo masing-masing orang cicipi deh itu kematian… Jangan takut, kalau banyak amal sholeh, rasa cicipan kematian itu akan sedap, dst. Beragam interpretasi dan khayalan muncul dari text suatu kalimat, tergantung background masing-masing pembacanya.

Ayat-ayat dalam surat Al-‘Ashr ini secara umum mengatakan, bahwa sebenarnya kita-kita ini selalu dalam keadaan rugi. Lawan rugi tentu untung. Siapa yang tidak rugi, atau dalam bahasa lain, siapa manusia yang beruntung? Dalam ayat ini dikatakan yang tidak rugi itu adalah orang-orang yang: (1) Aamanuu: beriman, (2) Aamilush-sholihat: mengerjakan amal sholeh, (3) tawaa shaubil-haq: saling bernasehat kepada kebenaran, (4) tawaa shaubish-shob : saling bernasehat kepada kesabaran.

Mengutip tafsir Al-Azhar: Ibnul Qayyim di dalam kitabnya "Miftahu Daris-Sa'adah" menerangkan; "Kalau keempat martabat telah tercapai oleh manusia, berhasillah tujuannya menuju kesempurnaan hidup.

Pertama: Mengetahui Kebenaran.
Kedua: Mengamalkan Kebenaran itu.
Ketiga: Mengajarkannya kepada orang yang belum pandai memakaikannya.
Keempat: Sabar di dalam menyesuaikan diri dengan Kebenaran dan mengamalkan dan mengajarkannya.

Jelaslah susunan yang empat itu di dalam Surat ini. Demikian, Hamka mengutip. Insya Allah kita akan lanjutkan ke Latihan.

Catatan: Nasyid Raihan ini sangat saya sukai.

Demi masa sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan yang beramal soleh

Gunakan kesempatan yang masih diberi
Moga kita takkan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan
Kerna ia takkan kembali

Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

Selasa, 30 Oktober 2007

Topik 53: Efek Waktu & Kehebatan Bahasa Arab

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Sebelum lanjut ke topik Latihan surat-surat pendek yang lain, kita istirahat sejenak dengan melihat apa bedanya antara bahasa kita dengan bahasa Arab. Saya hanya sekedar sharing pengalaman belajar bahasa Arab dalam beberapa bulan ini.

Ternyata semakin dipelajari, semakin kita yakin mengapa bahasa Arab itu dipilih sebagai bahasa Al-Quran. Oh… ya, frekuensi penulisan mungkin agak berkurang, karena kesibukan saya saat ini didalam beberapa project.

Oke… baiklah. Apa sih hebatnya bahasa Arab? Tanpa banyak teori, mari kita lihat saja contoh berikut. Saya akan buat dua kalimat dalam bahasa Arab, yang jika kita terjemahkan kedalam bahasa kita, terjemahannya persis sama.

يا أيها المؤمنون - yaa ayyuha almu’minuun : hai orang-orang beriman
يا أيها الذين آمن – yaa ayyuha alladzina aamanu : hai orang-orang beriman

Keduanya diterjemahkan sama dalam bahasa kita. Ya, bahasa kita tidak bisa menangkap beda keduanya. Padahal dalam bahasa Arabnya, kedua kalimat diatas ada bedanya.

Kalimat pertama, kata al-mu’minuun, artinya orang-orang yang beriman. Kapan berimannya? Ya tidak dijelaskan, bisa kemaren, bisa sekarang, dll. Sedangkan dalam kalimat kedua, kata-kata alladzina aamanu, artinya juga “orang-orang beriman” tetapi ini sifatnya orang tersebut saat ini sudah beriman, dan dia mulai berimannya di masa lalu. Dalam bahasa Arab, kata aamanu disebut fi’il madhy (KKL).

Ahli bahasa Arab, menggolongkan kalimat yang mengandung KKL itu hampir identik dengan kalimat sempurna dalam bahasa Inggris (Past Perfect Tense, atau Present Perfect Tense). Artinya kata kerja tsb telah sempurna selesai dikerjakan. Biar gak bingung saya kasih padanan bahasa Inggrissnya:

يا أيها المؤمنون - yaa ayyuha almu’minuun : O, believers
يا أيها الذين آمن – yaa ayyuha alladzina aamanu : O, people who have believed (atau O, people who had believe)

Nah terlihat bedanya kan. Pada kalimat pertama, kata-katanya netral saja, tidak ada keterangan waktu. Sedangkan pada kalimat kedua, kata kerja “percaya” itu telah selesai dengan sempurna (perfect tense).

Lalu apa pointnya Mas? Oke… yang ingin saya sampaikan adalah bahwa, penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, terkadang menyebabkan beberapa keterangan tambahan dalam bahasa Aslinya menjadi hilang dalam bahasa kita. Lihat dua kalimat diatas. Dua-duanya diterjemahkan menjadi kalimat yang persis sama dalam bahasa Indonesia. Ya, memang begitu. Tidak ada satu bahasapun didunia ini yang bisa diterjemahkan yang kompatibel 100%, pasti ada makna yang hilang atau berubah. Ini salah satu yang menjadi alasan, kenapa ada ulama yang tidak membolehkan Quran ditafsirkan. Dimana dikuatirkan, jika orang sudah tidak lagi membaca text asli (arabnya), dan hanya mengandalkan bahasa terjemahan, maka jelas maksud asli ayat bisa-bisa salah atau kurang lengkap bisa ditangkap oleh pembacanya.

Itu satu hal, kelemahan bahasa kita.

Lalu mungkin Anda akan berkata, hmm dalam bahasa Inggris ada padanan yang lebih kompatibel. Kalau begitu apa kelebihan bahasa Arab dibandingkan bahasa Inggris?

Oke saya akan kasih contoh mengenai ini.

Salah satu kelebihan bahasa Arab dibandingkan bahasa Inggris, antara lain, bahwa bahasa Arab tersusun dengan aturan yang sangat rigid (kokoh) sekali. Ibarat batu-bata yang tersusun rapi, ikatannya kuat sekali. Kalau satu bata hilang, kita masih bisa mereka bata yang hilang itu seperti apa. Satu kata dalam kalimat, saling terkait aturannya dengan kata yang sesudahnya dan kata yang sebelumnya. Saya pakai istilah forward correlation dan backward correlation. Ingat topik sebelumnya mengenai kaana, yang merafa’kan mubtada dan men-nashabkan khobar. Dengan pola misalkan spt ini:

AAA XXX YYY.

AAA adalah Kaana كان, maka dia mempengaruhi kata XXX dan YYY (mempengaruhi dua kata sekaligus). Dalam bahasa Inggris, sebetulnya kita temukan juga. Misalkan kata have/has.

I have spoken.

Kata have mempengaruhi kata speak, yang berubah menjadi spoken. Tapi kata have hanya mempengaruhi satu kata saja. Sedangkan dalam bahasa Arab bisa 2 kata sekaligus.

Dalam bahasa Indonesia,,, hehe… boro-boro… Kata spt ini (kata yang mempengaruhi kata lain) tidak ada ditemukan.

Contoh lain. Dalam bahasa Arab, kata depan (preposisi) atau disebut Huruf Jar, mempengaruhi kata setelahnya. Dalam bahasa Inggris tidak.

Rumah: بيت – baitun = a house

Dalam rumah: في بيتٍ : fii baitin
Dalam rumah : in a house

Lihat dalam bahasa Arab, kata asli baitun, begitu mendapat kata depan (didalam, fii) berubah jadi baitin. Dalam bahasa Inggris, tidak demikian, house tetap saja house (bukan menjadi housi atau housen), sehingga dibaca “in a house”, bukan “in a housen” layaknya bahasa Arab.

Apa manfaatnya ini? Kalau kita bayangkan, kata في - fi cetakannya agak buram, yang jelas hanya بيتٍ – baitin, maka kita tahu, pastilah kata yang hilang, atau cetakannya kurang jelas itu jenisnya kata depan, karena rumah disitu tertulis baitin (bukan baitun). Artinya korelasi dan sifat saling terkait antara satu kata dengan kata lainnya dalam bahasa Arab sangatlah massif (kokoh). Ini yang menyebabkan, tidak sembarangan bisa mengubah-ubah kalimat-kalimat dalam Al-Quran. Diganti satu kata (misalkan niatnya memalsukan), maka bagi yang mengerti kaidah tata bahasa Arab akan segera tahu, bahwa ada keanehan. Dibuang satu kata saja, akan terlihat jelas, sangking kokohnya keterkaitan antara satu kata dengan kata lainnya dalam bahasa Arab.

Masih banyak lagi contoh-contoh tentang ini. Seperti huruf LAM nahi-jenis لا , yaitu LAM yang diikuti kata benda (isim) yang bersifat umum dengan harokat akhir fathah (bukan fathatain), maka pasti ada prediket (khobar) yang kadang dibuang. Contohnya:

No doubt (tidak ada keraguan), dalam bahasa Arabnya: لا ريب - Laa raiba.

Kata Laa dan Raiba saling massif (kokoh) keterkaitannya, dimana dalam hukum LAM Nahi Jenis ini mengatakan bahwa ada prediket yang dibuang, yaitu maujuudun, sehingga makna dari Laa Raiba itu adalah

Laa Raiba Maujudun = Tidak ada keraguan (yang wujud)

Atau

No doubt (that exists).

Kata-kata “that exist” itu sudah otomatis saja ada dalam pengertian bahasa Arab. Sehingga kata yang singkat Laa Raiba, tapi pengertiannya utuh. Beda dengan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, kata “tidak ada keraguan”, keraguan apa? Atau, keraguan seperti apa? Ini belumlah jelas.

Kehebatan ke tiga.

Menurut saya kehebatan ke tiga bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa Inggris dan (apalagi) dengan bahasa kita adalah: bahwa bahasa Arab, ringkas tapi maknanya komplit. Mengapa? Ambil contoh kasus kata kerja dalam bahasa Arab. Ajaib, kata kerja dalam bahasa Arab sudah tercakup pelaku di dalammnya.

Contoh: قرأت - qora’tu (satu kata)

Dalam bahasa Indonesia = Saya telah membaca (tiga kata)
Dalam bahasa Inggris = I have read (tiga kata)

Contoh lain: سأقرأ – sa-aqra-u (satu kata)

Dalam bahasa Indonesia = Saya akan membaca (tiga kata)
Dalam bahasa Inggris = I will read (tiga kata)

Apa hebatnya? Lihat contoh-contoh diatas. Dalam bahasa Arab, satu kata kerja sudah melekat dua keterangan tambahan langsung:
- siapa yang melakukan
- kapan dilakukan

Bayangkan alangkah ringkas dan kompaknya bahasa Arab. Cukup dengan satu kata mengandung makna yang lengkap. Jelaslah buku terjemahan bahasa Arab ke bahasa Inggris atau bahasa Indonesia biasanya akan jauh lebih tebal.

Dan masih banyak lagi bedanya, dimana dengan mengkaji perbedaan-perbedaan tersebut, kita bisa tambah yakin, bahwa dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh bahasa Arab, tepat sekali bahasa ini dipilihkan sebagai bahasa kitab Firman Allah yang terakhir (Al-Quran). Last but not least, bahasa Arab itu lebih mudah untuk dihafal. Karena susunannya bisa dibuat berima atau bersajak, maka kalimat-kalimatnya mudah untuk dihafal. Ingat kembali topik lalu, kata-kata bahasa Arab, kadang disusun dengan akar kata yang sama, tapi mendapat tambahan huruf sehingga artinya berbeda, tapi masih ada kaitan. Seperti janna (tertutup), majnun = orang gila (tertutup akalnya), jannah = syurga (tertutup dari orang kafir) , junnah = benteng (tertutup dari musuh), dsb. Keterkaitan itu membuat kosa-katanya lebih mudah untuk dihafal.

Seperti telah disebutkan juga di topik lalu, contoh kata ra'a : melihat, maka mar'ah = wanita (tempat jatuhnya (tertujunya) penglihatan), dsb. Juga bahasa Arab ada wazan-wazan (timbangan, pola, atau pattern) yang jika hafal akan lebih lebih memudahkan lagi untuk menghafalnya. Seperti, kataba = menulis, maktab = meja (tempat menulis), kaatib = penulis/pengarang (orang yang menulis), dll.

Allah SWT, berfirman:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Al-Qomar 17,22,32,40

Perhatikan kata-kata li-dzikri, diterjemahkan sebagai untuk pelajaran. Dzikri dari akar kata dzakara, arti asalnya mengingat. Sehingga bisa dikatakan, telah dimudahkan Al-Quran itu untuk diingat.

Allah SWT akan menjaga keaslian Al-Quran itu, dengan cara dia mudah untuk dihafal. Tidak ada satupun buku didunia ini yang mampu dihafal oleh orang ribuan, bahkan jutaan orang, yang panjang pendeknya, titik komanya, bisa dihafal, tanpa salah sedikitpun. Subhanallah, wal-hamdulillah, waLLAHu Akbar.

Jumat, 26 Oktober 2007

Topik 52: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4, Fungsi Kaana

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah. Kita akan menyelesaikan, latihan ayat 4 ini. Tapi sebelumnya saya kasih pertanyaan sedikit. Di topik 50, kita sudah terjemahkan ayat 4, yaitu:

و لم يكن له كفوا أحد - wa lam yakun la hu kufuwan ahad

wa= dan
lam= tidak
yakun= adalah (Dia)
la hu = bagi Dia
kufuwan = yang setara
ahad = seseorang

Nah lalu saya nerjemahin begini:
Dan adalah tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.

Atau jika hendak diperhalus, kata adalah bisa dibuang (baca penjelasannya di topik 51), sehingga bisa menjadi:

Dan tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.

Loh mas bukannya kalau mau urut mestinya terjemahannya:

Dan tidak adalah bagi Dia yang setara seorang(pun).

Saya tidak terjemahkan demikian. Kenapa? Karena kita akan melihat tugas kaana. Bagaimana tugas kaana itu? Nih saya kasih istilah yang mungkin agak teknis dikit ya... Ok... Siap...?

Tugas Kaana
Kaana bertugas:
- Me-rafa'kan mubtada
- Me-nashab-kan khobar

Weh... weh... kalau mubtada dan khobar rasanya kite-kite sudah pernah dengar deh di topik-topik yang lalu. Oke... saya lagi baik hati. Saya ulangi sedikit ya. Kalau ambil contoh: Zaid ganteng زيدٌ جميلٌ - zaiduun jamiilun. Perhatikan Zaidun adalah mubtada (subjek), dan Jamiilun adalah khobar (prediket). Perhatikan dalam kondisi normal maka Zaid adalah rofa' (yaitu harokat akhir dhommah), sehingga dibaca Zaidun, bukan Zaidan, atau Zaidin. Dan dalam kondisi normal khobar juga rofa', maka dibaca Jamiilun.

Jadi ingat saja, rofa' atau marfu' itu = dhommah atau dhommatain. ُ atau ٌ .

Nah sekarang kalau kita lihat tugas nya kaana itu menashabkan khobar.

Ingat, nahsab = fathah atau fathatain. َ atau ً .

Sehingga kalau kita terapkan:

زيدٌ جميلٌ - zaiduun jamiilun : Zaid ganteng

Jika kita tambahkan kaana didepannya menjadi:

كان زيدٌ جميلاً - kaana zaidun jamiilan : (adalah) Zaid ganteng.

Oh ya, kalau suatu kata benda (isim), jika bersifat nakiroh (tidak ada al), maka ada tambahan alif, sehingga ditulis:

جميلاً bukan جميلً .

Nah kira-kira kita sekarang bisa membayangkan, bahwa kalaupun setelah kaana ada kata beda (isim) yang terbalik, maka metode penerjemahannya sama. Artinya dari kondisi apakah dia nashab atau rafa' kita bisa tahu mana subjek dan prediketnya.

Anggaplah saya (agak) salah, tertukar menuliskan:

كان جميلاً زيدٌ - kaana jamiilan zaidun

Karena kita tahu bahwa yang jadi mubtada (subject) adalah zaidun, maka kita menerjemahkannya:

(adalah) Zaid ganteng,

bukan

(adalah) Ganteng zaid.

Demikian juga dalam ayat 4 surat Al-Ikhlas ini, kita bisa lihat bahwa yang menjadi mubtada adalah احدٌ - ahadun : seorang(pun). Dan yang menjadi khobarnya adalah كفوًا - kufuwan (karena harokatnya fathatain setelah kaana).

Oleh karena itu ayat ini kita terjemahkan:


و لم يكن له كفوا أحد - wa lam yakun la hu kufuwan ahad


Dan tidak (adalah) [mubtada=ahadun] [khobar=kufuwan] [pelengkap=lahu].
Dan tidak (adalah) [seseorang(pun)] [yang serupa] [bagi Dia].

Semoga menjadi jelas ya. Insya Allah.... Alhamdulillah, akhirnya selesai kita bahas latihan surat Al-Ikhlas ini. Kita akan ketemau lagi minggu depan.

Kamis, 25 Oktober 2007

Topik 51: Makna Kaana

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT, kita masih membahas tentang Kaana. Kaana ini karena agak unik, maka kita perlu membahasnya, agak sedikit panjang ya... Gpp kan? Hehe...

Oke... Ingat kaana, tentu Anda ingat dengan "Kun Fayakun". Ya saya ingat sekali waktu kecil sering dikasih tahu orang-orang tua: "Apa yang tidak mungkin bagi Allah. Jika Dia ingin berbuat sesuatu, Dia tinggal berkata: Kun كن - jadilah, Fayakun فيكن - maka jadilah ia".

Nah, kun كن itu adalah bentuk kata kerja perintah (fi'il amr) dari كان sedangkan fayakun itu asalnya adalah fa yakuunu ف + يكون . Kenapa waw nya hilang, menjadi fayakun فيكن saja? Ini nanti akan dibahas pada Topik : Kalimat Syarat dan Jawab.

Oke kita tinggalkan dulu kun fayakun... Kalau ada waktu kita akan singgung lagi.

Sekarang kita masuk membahas, apa saja makna kaana كان. Oke kita akan lihat, dan bahas di topik ini. Sedangkan tugas kaana, akan kita bahas di topik 52.

Makna Kaana

Kana itu ada 3 macam maknanya, tergantung konteks. Apa saja itu?
1. Kaana berarti adalah/atau tidak terjemahkan (is atau was dalam bahasa Inggriss)
2. Kanaa bisa berarti menjadi (to become)
3. Kanaa bisa berarti selalu

Baiklah kita bahas satu-satu...

1. Kaana bermakna adalah. Contohnya begini.

Zaid was handsome (Zaid --adalah-- ganteng). Ada 2 alternatif:
زيد جميل - Zaidun Jamiilun
كان زيد جميلاً - kaana Zaidun Jamiilan

Dua-duanya bisa dipakai. Kalimat pertama menjelaskan bahwa Zaid itu ganteng. Sedangkan kalimat kedua menjelaskan bahwa (dulu) Zaid itu ganteng (sekarang mungkin ganteng mungkin kurang ganteng).

Oh ya, kadang adalah itu tidak enak secara bahasa Indonesia, makanya kalau kaana dalam arti adalah ini, biasanya tidak diterjemahkan.


2. Kaana bermakna menjadi

Contohnya:
محمدٌ معلمٌ - muhammadun mu'allimun : Muhammad seorang guru
كان محمدٌ معلماً - kaana muhammadun mu'alliman : Muhammad telah menjadi seorang guru
يكون محمد معلماً - yakuunu muhammadun mu'alliman: Muhammad (sedang) menjadi seorang guru

3. Kaana bermakna senantiasa/selalu

Contohnya:
كان الله عليماً حكيماً - kaana Allahu 'aliiman hakiiman : Adalah (senantiasa) Allah (bersifat) Maha Mengetahui Maha Adil

Secara umum kaana itu berarti adalah. Tinggal dilihat apakah konteksnya KKL kaana, atau KKS yakuunu.

Insya Allah kita akan lanjutkan dengan sifat atau tugas Kaana ini, pada topik selanjutnya.

Rabu, 24 Oktober 2007

Topik 50: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera masuk ke ayat 4 surat Al-Ikhlas. Di ayat ini kita bertemu dengan sebuah kata kerja khusus yang disebut كان - kaana. Kita akan pelajari kenapa dia disebut khusus, dan apa fungsi kaana ini. Insya Allah.

Baiklah kita tuliskan ayat 4:
و لم يكن له كفوا أحد - wa lam yakun la hu kufuwan ahad

wa= dan
lam= tidak
yakun= adalah (Dia)
la hu = bagi Dia
kufuwan = yang setara
ahad = seseorang

Dan adalah tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.

Kita belum bahas secara tuntas dulu. Nanti kita akan wrap-up dibagian akhir. Anda tentu sudah tahu tentang wa, lam, la hu dan ahad. Ahad artinya satu (orang), atau satu (sesuatu). Maka disini ahad saya terjemahkan satu (orang) = seseorang.

Fokus kita adalah kata يكن - yakun. Akar katanya adalah kaana كان. Kata kaana dan perubahan bentuknya (misal menjadi yakun) ini adalah spesial. Bahkan dalam buku-buku pelajaran tata-bahasa arab, pembahasan tentang kaana ini dibahas dalam satu sub-bab, atau bab tersendiri.

Mengapa dia spesial? Oke, mari saya bawakan sebuah perbandingan antara bahasa Inggriss dengan bahasa Arab.

Misalkan saya mengatakan: Umar seorang siswa. Dalam bahasa Arab saya mengatakan:
عمر طالب - umar thoolibun

Kalimat diatas adalah kalimat sempurna (artinya memberi faidah). Umar adalah seorang siswa. Masalahnya kita bisa bertanya lagi. "Jadi siswanya, dulu, atau sekarang". Nah disini mulai ada masalah. Informasi dari عمر طالب tidak memberikan indikasi waktu. Kenapa? Karena dalam bahasa Arab, sebuah kata benda tidak membawa indikasi waktu didalamnya. Perhatikan bahwa kata "Umar" adalah kata benda (isim), dan kata "thoolibun" juga kata benda.

Bagaimana dalam bahasa Inggris? Kita punya dua pilihan:
Umar was a student (Umar -dulu adalah seorang pelajar)
Umar is a student (Umar -sekarang adalah seorang pelajar)

Nah disini fungsi kaana muncul. Saya bisa mengatakan begini:
كان عمر طالباً - kaana Umar thooliban = Umar was a student
يكون عمر طالب - yakuunu Umar thooliban = Umar is a student

Ternyata dalam bahasa Arab salah satu cara memberikan indikasi waktu kepada sebuah kalimat berita adalah dengan menambahkan kaana atau yakuunu.

Ambil contoh dalam Al-Quran: doa Nabi Yunus sewaktu didalam perut ikan:
Laa ilaaha illa Anta: tidak ada Tuhan selain Engkau
Inni kuntu mina al-zholimiin:

إنى كنتُ من الظالمين - Indeed I was part of the wrongdoers = sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.

Lihat bahwa kuntu adalah kaana tapi untuk orang ke 1 laki-laki tunggal (Aku).

Insya Allah di topik 51 kita akan bahas salah satu fungsi kaana ini, yaitu me-rafa'kan mubtada menashab-kan khobar.

Selasa, 23 Oktober 2007

Topik 49 : YA ANITA & RUMUS U-A, U-I

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang budiman, kita telah melihat KKL Pasif. Dalam surat Al-Ikhlas ayat 3 ini ada 2 fi'il (KKS) yang kita temukan:

yalid: melahirkan (atau beranak) - KKS Aktif
yuulad: dilahirkan (atau diperanakkan) - KKS Pasif

Oke.... Saya dapat email dari seorang ikhwan, yang intinya memberitahukan bahwa, dia tidak mengerti maksud tanda-tanda sebuah KKS. Oh ya, bagi yang baru tune in, di pelajaran awal dulu saya pernah kasih tips, tanda-tanda KKS, yaitu YA ANITA. Nah si pembaca ini mengatakan belum begitu mengerti maksud YA ANITA itu apa.

Oke deh... Sebelum kita bahas mengenai KKS Pasif, ada baiknya saya ulangi menjelaskan ciri-ciri KKS. Ciri-cirinya adanya YA ANITA didepan. Saya kutipkan tabel berikut (sumber: arabindo.co.nr)



Lihat tabel diatas, ini adalah tabel TASHRIF (perubahan bentuk) kata kerja, dari Fi'il Madhy (KKL) ke Fi'il Mudhori' (KKS) berdasarkan pelaku (fa'il/dhomir) nya.

Ciri-ciri KKS

Perhatikan font yang berwarna merah pada tabel diatas. Terlihat bahwa kalau dia KKS, selalu diawali dengan salah satu huruf YA ANITA (ي = YA , أ = A , ن = Nun, ت = TA) ... eh ternyata lebih pas huruf YANT ding (Ya, Alif, Nun, Ta)... oke deh apapun... pokoknya kalau ada salah satu huruf YANT didepan sebuah kata (kerja), maka kemungkinan besar kata itu KKS.

Coba lihat lagi tabel TASHRIF diatas. Bedakan KKL dengan KKS. Dalam KKL, tidak ditemukan huruf YANT didepan katanya (catatan sebenarnya KKL dari Kata Kerja Turunan I -- lihat di topik NAZALA ANZALA, juga mendapat tambahan Alif didepan sehingga sepintas KKT-I terlihat KKS juga, tapi aaaahhh.... nanti Anda bingung... nanti saja kita bahas ya mengenai KKT-I ini sampai KKT-8)

Oh ya, tabel TASHRIF diatas sangat sangat berguna... Kita akan sering merefer ke tabel ini... Pengalaman saya (taelah, spt yang sudah pakar saja), kalau bisa menghafalkan tabel diatas, akan mudah dalam memahami bahasa Arab Al-Quran. Lah Mas, dari kemaren suruh ngapal mulu... (ya... ya... gak dihapal juga gpp, Insya Allah kapan kita perlukan kita akan merujuk ke tabel ini kembali.

KKS Pasif

Oke kita kembali ke jalur (yang benar). Sekarang bagaimana membentuk KKS Pasif? Caranya mudah... Ingat saja rumus U-A.

Contohnya:
KKL
خلق - khalaqa : dia telah menciptakan
خلق - khuliqa : dia telah diciptakan --> U-I

U=dhommah, I=kashroh

KKS
يخلق - yakhluqu : dia sedang menciptakan
يخلق - yukhlaqu : dia sedang diciptakan --> U-A

U=dhommah, A=Fathah

Duh, makin puyeng gak? Mangkin banyak rumus yak... hehe... sabar ya Mas...

Biar gak puyeng, saya kembalikan saja ke fokus kita surat Al-Ikhlas ayat 3

لم يلد - lam yalid --> sudah dibahas

و لم يولد --> dan (Dia) tidak diperanakkan.

Dari mana datangnya "diperanakkan"? Oke... singkat cerita begini.

KKL nya ولد - walada, artinya (Dia) telah beranak
KKS nya يلد - yalidu, artinya (Dia) sedang/senantiasa/akan beranak

Nah kata yalidu, diatas adalah KKS aktif. Bagaimana kalau jadi pasif?

RUMUS U-A

Ingat lagi rumus KKS Pasif yaitu U-A. Maksud U-A itu: Huruf pertama U (dhommah), huruf sebelum huruf terakhir A (fathah).

Oke jika kita pakai rumus Granada itu untuk KKS يلد - yalidu

Huruf pertama: YA di dhommah, berarti dibaca YU
Huruf sebelum huruf terakhir (huruf terakhir DAL, sebelumnya LAM) : LAM di fathah, menjadi LA
Sisanya tetap harokatnya.

Sehingga menjadi YULADU يلد , artinya : (Dia) diperanakkan.

Ooo gitu penggunaan rumus U-A (dan U-I)... Nanti kita akan bahas lagi penggunaan 2 rumus ini untuk KKT-1 s/d KKT-8 (rumus ini cukup powerfull lho... terima kasih untuk penemu Rumus ini)

Oke tuntas dong pembahasan kita ayat 3 surat Al-Ikhlas ini... Eiittttt bentar dulu Mas... Anda salah!

Anda bilang يلد - YuLaDu itu (Dia) diperanakkan. Nah, mengapa di Al-Quran ditulisnya:
يولد ? Mengapa ada waw nya?

Nah inilah repotnya kalau kita berhadapan dengan huruf illat (penyakit). Lihat KKL nya ولد - walada. Ada huruf illat diawal yaitu waw. Nah kalau ada huruf illat ini, maka kudu pakai penanganan khusus (atawa penganangan tambahan), bahasa sononya, kudu perlu special treatment.

Ya... Anda betul. Seharusnya yang benar itu adalah:

يولد - YUU LADU : (Dia) diperanakkan. Inilah yang betul. Kenapa? Karena aslinya sebenarnya begini:

KKL: ولد - walada
KKS: يولد - yawlidu --> tapi karena berat dalam ucapan lidah orang Arab, maka waw mati menjadi hilang sehingga jadinya --> يلد - yalidu

RUMUS U-A JIKA DENGAN HURUF ILLAT

Coba kita pakai rumus U-A, jika huruf illat tidak dibuang pada KKS.
KKS: يولد - yawlidu --> terapkan rumus U-A.

Huruf pertama YA --> dhommah (U) --> dibaca YU
Huruf sebelum huruf terakhir --> LAM --> di fathah (A) --> dibaca LA
Sisa huruf-huruf lain harokatnya tetap.

Sehingga menjadi:
يولد - yuuladu : (Dia) diperanakkan.

Setelah kemasukan huruf LAM --> menjadi JAZM (artinya dal disukun), sehingga menjadi

لم يولد - lam yuulad (tidak boleh dibaca lam yuuladu)

Demikian penggunaan rumus U-A ini secara tuntas... tas... tas...

Kalau contoh yang tidak ada huruf illat, kita bisa cepat pakai rumusnya. Lihat contoh tabel diatas:

يفعل - yaf 'alu : dia sedang mengerjakan.

Kalau "dia dikerjakan", bagaimana? Gampang... Rumus U-A. Huruf pertama : ya jadi yu, huruf sebelum huruf terakhir : 'ain fathah menjadi 'a), sehingga menjadi

يقعل - yuf 'alu : dia sedang dikerjakan

Gampang sekali kan menggunakan rumus U-A ini?

Oke kita sudahi dulu topik ini. Sebagai penutup, kita ringkaskan ayat 3:

لم يلد - lam yalid --> (Dia / Allah) tidak beranak

و لم يولد --> (Dia / Allah) tidak diperanakkan.

Insya Allah kita masuk ke ayat 4 surat Al-Ikhlas, pada topik selanjutnya. Oh ya... btw, kalau pelajaran ini terasa susah dan rada membosankan, kasih tahu ya...

Senin, 22 Oktober 2007

Topik 48: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, KKS Pasif

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita telah sampai pada ayat 3 surat Al-Ikhlas, dimana dalam ayat ini kita bertemu dengan 3 pelajaran berbahasa Arab, yaitu: pengertian LAM, bentuk MAJZUM, dan terakhir bentuk kata kerja sedang (KKS) pasif. Pada kesempatan kali ini kita akan tuntaskan pembahasan ayat 3 ini.

Oke kita masih ada sisa topik di ayat 3 ini yaitu mengenai Kalimat Pasif. Insya Allah kita akan bahas.

Kalimat Pasif

Anda semua pasti sudah tahu apa itu kalimat pasif. Ya, tanpa perlu definisi, kita sering menggunakan pola ini. "Saya disuruh membuat PR". Atau "Mobil dibeli pedagang", dsb.

Dalam bahasa Arab, demikian juga. Ada kalimat aktif, ada pasif.

Lalu bagaimana ciri-ciri kalimat Pasif? Berikut saya kasih TIPS mudahnya (mengutip dari metode Granada), anda sekalian hafalkan rumus ini (kalau bisa... kalau gak mau juga gak apa2x... hehe):

KKL Pasif: U-I (1:dhommah 2:kasroh 3:x)
KKS Pasif: U-A (1:dhommah 2:fathah 3:x)

Contohnya:

KKL Pasif

Surat An-Nur (24) ayat 45:
الله خلق كل دابت من ماء : allahu khalaqa kulla daabbatin min maa-in
Allah menciptakan setiap daabbatin dari air

Lihat kata menciptakan: خلق - kha la qa

Bagaimana kalau diciptakan. Kata خلق - khalaqa (menciptakan) berubah harokat menjadi (ingat rumus... U-I), sehingga menjadi khuliqo خلق (diciptakan).

Contohnya dalam surat At-Thooriq (86) ayat 6
خلق من ماء دافق - khuliqa min maain daafiq
Dia (manusia)diciptakan dari air yang terpancar

Lihat perubahannya:
خَلَقَ - khalaqa (menciptakan)
خُلِقَ - khuliqa (diciptakan) --> Pola U-I

KKS Pasif
Sekarang kita lihat bagaimana pola KKS Pasif.

Wah... karena sudah kepanjangan... kita tunda dulu ya pembahasan rumus U-A ini. Hehe... Sampai ketemu di topik lanjutan.

Sabtu, 20 Oktober 2007

Topik 47: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, JAZM

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Baiklah, sekarang kita masuk kembali ke pelajaran rutin kita. Kita tinggalkan topik-topik seputar lebaran. Mudah-mudahan puasa Syawal kita diterima di sisi Allah SWT. Amin.

Baiklah. Kita tuliskan ayat 3:

لم يلد و لم يولد

lam : tidak
yalid : (Dia) beranak [punya anak]
wa: dan
lam : tidak
yuulad : (Dia) diperanakkan [punya Bapak dan Ibu]

Kita bertemu dengan 3 pelajaran disini:
1. Bentuk penegatifan (menegasikan kalimat) dengan LAM لم
2. Bentuk JAZM (MAJZUM) dari kata kerja sedang (KKS)
3. Bentuk pasif dari sebuah kata kerja sedang (KKS)

Nah kita akan bahas satu-satu Insya Allah.

Oke, sekarang kita bahas apa maksud LAM لم (tidak)

Dalam bahasa Arab, jika kita hendak mengatakan "tidak" terhadap sebuah kata kerja kita bisa pakai لم - lam atau لا - laa atau ما - maa. Tiga-tiganya artinya Tidak.

Gimana aturannya dan apa efeknya?

Oke, aturannya begini. LAM dan LAA لم لا hanya dipakai untuk KKS, sedangkan ما - maa biasanya selalu dipakai untuk KKL. Contohnya begini:

Saya faham (mengerti) : انا أفهم - ana afhamu
Saya tidak faham : انا لا أفهم- ana laa afhamu

atau jika saya pakai LAM

Saya faham (mengerti) : انا افهم - ana afhamu
Saya tidak faham: انا لم أفهم - ana lam afham

Secara arti LAA dam LAM sama saja, artinya "Tidak". Walau menurut sebagian orang ada bedanya. Kalau LAM, itu Tidak nya bersifat MUTLAK. Atau bisa dikatakan ANA LAM AFHAM artinya : saya "benar-benar" tidak faham.

Secara kaidah grammar, KKS sesudah LAM, huruf terakhir di sukun. Sehingga penulisannya:

لم أفهمْ - laam afham. Tidak seperti LA, yang KKS nya huruf terakhirnya di dhommah.
لا أفهمُ - laa afhamu.

Bagaimana dengan ما - maa?

Sebagaimana dijelaskan tadi, maa dipakai untuk KKL.

Saya sudah paham : فهمتُ - fahimtu
Saya tidak sudah paham : ما فهمتُ - maa fahimtu (catatan bahasa Indonesia "Saya tidak sudah paham" agak membingungkan mungkin, padanan bahasa Inggrisnya: I had not understood).

Okeh... jelas ya Jack... Sekarang kembali ke topik utama.

لم يلدْ - lam yalid : (DIA-ALLAH) tidak melahirkan. Lihat ciri-ciri JAZM nya bahwa huruf dal pada yalid berharokat sukun. Sehingga ditulis lam yalid, bukan lam yalidu.

Sebenarnya kita bisa juga menulis spt ini:

لا يلدُ - laa yalidu : (dia) tidak melahirkan. Secara bahasa mirip dengan LAM YALID. Akan tetapi penggunaan LAM lebih bersifat peniadaan (pe-tidak-an) secara mutlak.

Demikian kita telah bahas 2 hal: makna LAM dan apa bedanya dengan LA. Dan bentuk mazjum (jazm) dari sebuah KKS. Insya Allah topik selanjutnya kita akan bahas mengenai bentuk pasif dari KKS.

Topik 46: Maaf Zhaahir Baathin

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Seharusnya topik seputar Idul Fitri kita sudah akhiri di topik 45, dan topik kali ini kita akan masuk kembali ke pelajaran rutin yaitu latihan surat-surat pendek. Akan tetapi mohon ijin, satu kali ini ada materi yang tertinggal, yang perlu saya sampaikan. Apa itu?

Ya, dalam setiap kesempatan Idul Fitri, telah jadi tradisi bagi kita disini untuk bermaafan dengan mengucapkan : Mohon maaf lahir dan batin.

Nah, apa maksud lahir dan batin itu?

Maksudnya begini. Asal muasal kata tersebut sebenarnya bukan dari lahir (melahirkan anak), tapi dari Zhaahir ظاهر yang akar katanya ظهر - zhoharo : jelas, terang, kelihatan. Sedangkan ظاهر - zhaahir adalah isim fa'il (kata benda pelaku) nya, yang artinya sesuatu yang terang.

Sedangkan asal muasal batin, itu adalah baathin باطن , yang merupakan isim fa'il dari KKL بطن - bathana yang artinya tersembunyi, atau tertutup sehingga bhaathin artinya sesuatu yang tersembunyi.

Jadi minta maaf lahir batin, atau maaf zhaahir baathin, artinya:
Saya minta maaf (atas segala kesalahan saya baik) yang terang-terangan (atau) yang tersembunyi.

Contoh kata zhaahir dan baathin ini ada dalam surat 57 ayat 3:
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ

<< Dia (Allah) Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zhaahir (tampak), Yang Baathin (tersembunyi)>>

Gitu mak cik... semoga jelas yah... Jadi ane mohon maaf zhaahir baathin nih... mumpung masih zuazana lhebha-rhan...

Jumat, 19 Oktober 2007

Topik 45: Penyakit pada 'Aa-i-din dan Faa-i-zin

Bismillahirrahmanirrahim

Ini adalah topik lanjutan mengenai huruf penyakit. Saya akan stop topik ini, karena bisa jadi ada yang sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke lanjutan Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3.

Oke... sebenarnya topik huruf illat ini, walau sedikit sukar, tapi kalau sudah menguasai, maka akan lebih mudah dalam menerjemahkan bahasa Arab Al-Quran? Kenapa, banyak kata kerja dan kata benda dalam Al-Quran yang dibentuk dari huruf penyakit ini... hik...hik (berita buruk nih, karena huruf penyakit kabarnya tidak ada polanya). Sebenarnya ada polanya, tetapi untuk saat ini terlau pagi bagi kita masuk menyelami pola-pola huruf penyakit tsb. Cukuplah sampai topik 45 ini targetnya, kita sadar dalam bahasa Arab ada kata yang terdiri dari satu atau lebih huruf penyakit.

Isim Fa'il

Kita telah singgung isim fail di banyak tempat sebelum ini. Singkat cerita, isim fail dibentuk dengan menambahkan alif setelah huruf pertama KKL (jika KKL terdiri dari 3 huruf sehat). Contohnya:

KKL: كتب - kataba : menulis
Isim Fa'il: كاتب - kaatibun : orang yang menulis (penulis)

KKL: ضرب - dhooraba : memukul
Isim Fa'il: ضارب - dhooribun : orang yang memukul

KKL : كفر - kafara : menutupi, atau kafir
Isim Fa'il: كافر - kaafirun: orang yang kafir (1 orang)
Isim Fa'il: كافران - kaafiraani : 2 orang kafir
Isim Fa'il: كافرون - kaafiruuna: orang-orang kafir

Demikianlah untuk KKL yang terdiri dari 3 huruf sehat, maka membentuk kata benda pelaku sangat mudah, yaitu dengan menambahkan alif setelah huruf 1, dan huruf kedua berharokat kasroh.

Lalu bagaimana kasusnya kalau huruf penyakit. Lagi-lagi, dia punya pakem yang lain lagi. Contohnya kata 'aa-i-din, dan faa'i-zin.

'Aa-i-din & Faa-i-zin

Kita telah bahas asal kata 'aa-idin, yang artinya orang yang kembali (suci). Saya ulangi:
KKL: عاد - 'aa-da : dia telah kembali (lihat huruf kedua adalah huruf penyakit)
KKS: يعيد - ya'ii-du: dia sedang kembali (lihat huruf 2 pada KKT yaitu alif berubah jadi ya)
Isim Fail: عائد - 'aa-i-dun : orang yang kembali (1 orang)

Terlihat bahwa jika ada huruf penyakit berupa alif (huruf ke 2 di KKT), maka isim fa'ilnya mendapat tambahan hamzah.

Sama dengan Faa-i-ziin.

KKL: فاز - faaza : menang
Isim Fa'il: فائز - faa-i-zun : orang yang menang (1 orang)
Isim Fa'il: فائوزن - faa-i-zuun : orang-orang yang menang (banyak orang)

Demikian telah kita tuntaskan pembahasan secara umum mengenai apa itu huruf penyakit. Sebagai ringkasan, ingat ya.... inga... inga... huruf penyakit ada 3 yaitu: alif, waw, dan ya.

Topik 44: Huruf Penyakit

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang budiman, sebelum kita melanjutkan ke topik Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, ada hal yang perlu kita bahas melanjutkan topik sebelum ini yaitu mengenai huruf illat (atau huruf penyakit). Masih ingat dengan topik sebelum ini? Yaitu mengenai 'Aaidiin dan Faaiziin? Ya, topik 44 ini akan membahas sedikit mengenai huruf illat ini. Kenapa? Karena kedua kata itu mengandung huruf illat.

Huruf Illat ini menurut saya (sebagai pemula dalam belajar bahasa Arab) merupakan topik yang agak sukar... Yah... namanya juga penyakit (illat), wajar kalau sukar. Akan tetapi saya akan coba kupas secara sederhana agar mudah dipahami. Insya Allah.

Oke... apa itu huruf penyakit?

Lho huruf kok ada penyakit, berarti ada huruf yang sehat dong ya? Ya... Anda tepat sekali. Dalam bahasa arab huruf yang sehat (atau disebut shahih) adalah semua huruf kecuali alif, ya, dan waw (اوي). Jadi huruf ilat itu ada 3 saja, yaitu alif, waw, dan ya. Semua huruf lain, adalah huruf shahih (sehat).

Kenapa alif, waw, dan ya itu disebut huruf penyakit? Nah ini yang saya terus terang lama mencari-cari dasarnya kenapa? Sementara ini saya berpendapat kenapa disebut huruf penyakit, karena suatu kata yang ada huruf illat di dalamnya, maka dia biasanya tidak ikut pakem. Nah loh, pakem apa lagi tuh?

Pakem maksudnya pola-pola bahasa Arab yang standar. Ambil contoh kata yang terdiri dari huruf yang sehat, yaitu menulis -ka-ta-ba كتب. Maka karena terdiri dari huruf yang sehat polanya agak mudah:

KKL: كتب - kataba : dia telah menulis
KKS: يكتب - yaktubu : dia sedang menulis

Pola dari KKL ke KKS nya standar:
KKS: ya tambahan kasrah, huruf 1 (kaf) sukun, huruf 3 (ba) dhommah

Contoh lain: memukul ضرب - dhoraba
KKL: ضرب - dhoraba : dia telah memukul
KKS: يضرب - yadhribu : dia sedang memukul

Pola dari KKL ke KKS nya standar:
KKS: ya tambahan kasrah, huruf 1 (dho') sukun, huruf 3 (ba) dhommah

Nah kalau semua huruf nya sehat, pola standardnya merubah KKL ke KKS adalah seperti diatas. Memang untuk huruf ke 2 tidak ada pola standard, bisa fathah, kasrah, atau dhommah (tergantung kamus). Tetapi untuk huruf 1 dan 3 standard polanya.

Sekarang kita bahas kata yang ada huruf penyakitnya:

Contohnya: membaca تلا - talaa

Lihat kata talaa terdiri dari 3 huruf yaitu: ta, lam, dan alif. Nah yang bikin penyakit huruf ke 3 yaitu alif. So, akibatnya apa? Ya, pola diatas tidak bisa dipakai. Coba kita lihat.

KKL: تلا - talaa : dia telah membaca
KKS: يتلو - yatluu: dia sedang membaca

Nah terlihat, huruf ketiga (alif) di KKT, berubah menjadi waw pada KKS nya. Pada pola huruf sehat, tidak terjadi perubahan huruf ini.

Ada lagi yang huruf penyakitnya jadi hilang. Contoh wajada وجد - mendapati

KKL: وجد - wajada : dia telah mendapati (atau menemui, atau memperoleh)
KKS: يجد - yajidu : dia sedang mendapati

Nah terlihat polanya aneh lagi. Huruf pertama di KKT yaitu waw, menjadi hilang pada KKS nya.

Yah gitu deh... namanya saja huruf penyakit. Kadang berubah ke huruf penyakit lain, kadang hilang.

Oh ya terakhir... Kalau bertemu hamzah diatas alif, waw, atau ya, nah ini bukan huruf penyakit loh ya. Jadi pola standard tetap bisa dipakai. Contoh

KKL: قرأ - qora-a : dia telah membaca
KKS: يقرأ - yaqro-u : dia sedang membaca

Terlihat bahwa hamzah tetap ada. Karena hamzah by default bukan huruf penyakit.

Oke... untuk kasus huruf penyakit pada isim fa'il (kata benda pelaku) seperti pada 'aaidin dan faaizin, akan dibahas pada topik setelah ini.

Rabu, 17 Oktober 2007

Minal 'Aa-i-diin Wal Faa-i-ziin

Bismillahirrahmanirrahim.

Permirsa sekalian yang dirahmati Allah. Masih dalam rangka Idul Fitri, saya hendak mengucapkan: Selamat Merayakan Hari Raya Idul Fitri 1428 H, mohon maaf lahir dan bathin.

Telah banyak di poster-poster, iklan-iklan di koran, di TV dlsb, mengenai pengucapan Idul Fitri ini, yang di rangkai dalam kalimat yang baik (walau bukan hadist):

Minal 'Aa-idin Wal Faa-i-zin

Apa arti kalimat diatas?

من العائدين minal 'aa-idiin, terdiri dari 2 kata

min من artinya: dari (from) atau bagian (part of)
al 'aa-idiin العائدين artinya: orang-orang yang kembali

Min secara bahasa adalah Huruf Jar (kata depan), sedangkan al 'aa-idiin adalah isim fa'il (kata benda pelaku).

Lalu artinya minal 'aa-idiin, artinya: bagian dari orang-orang yang kembali (kepada kesucian).

Oke... kita kupas sedikit lagi mengenai isim fa'il. Isim fa'il adalah kata benda pelaku, dari sebuah kata kerja. Misalkan, kata kerjanya menulis, maka isim fa'il-nya adalah penulis (atau orang yang menulis). Kata kerjanya: membunuh, maka isim fa'ilnya pembunuh (atau orang yang membunuh).

Nah, kata عاد - 'aa da = adalah kata kerja yang artinya kembali (return). Nah, isim fa'ilnya adalah عائد - 'aa idun = (1 orang yang kembali). Sedangkan jika jamak (banyak) menjadi عائدون - 'aa iduun = orang-orang yang kembali, atau عائدين - 'aa idiin (jika diawali oleh huruf jar).

Gitu... ngerti kagak nih, man teman?

Yang suka salah tulis di poster poster sbb:

Minal aidin (ini salahnya gak gawat, walaupun sebenarnya yang lebih pas ada kutip satu, menandakan itu 'ain ع , sehingga lebih mantap mestinya ditulis Minal 'Aidin)

Minal aidzin (nah ini salahnya agak lumayan. Kalau dz itu representasi ذ - dzal bukan ز -za. Artinya jadi lain. عاذ artinya berlindung. Sehingga عائذ - 'aa idzin = orang yang berlindung).

Minal 'aidin (nah ini yang sedikit oke, walau artinya 1 orang yang kembali karena din bukan diin, dan 'ain nya pendek)

Baiklah kalau minal 'aa-idiin artinya bagian dari orang-orang yang kembali (suci). Sekarang apa artinya wal faa-i-ziin?

Nah bentar dulu kadang, faa-i-ziin ini ditulis faidzin, nah ini juga salah nih... Kenapa?

Faa-i-zin فائزين adalah isim fa'il dari فاز - faaza yang artinya menang. Sehingga فائز faa-i-zun (1 orang yang menang), dan فائزون - faa i zuun atau فائزين - faa i ziin artinya orang-orang yang menang. Sedangkan فائذين - faa i dziin, nah ini artinya jadi lain, bukan orang-orang yang menang.

Jadi yang muantaff itu nulisnya mestinya faaiziin, atau kalau kelihatan aneh faizin. Jangan faaidziin, atau faidzin. Getoh...

Kesimpulan:
Minal 'aa-idin wal faa-izin artinya: (semoga engkau) bagian dari orang-orang yang kembali (suci) dan bagian dari orang-orang yang menang.

Sebagai penutup ada hadist (kalau tidak salah), mengenai ucapan menyambut idul fitri ini yaitu: taqabbalallahu minnaa wa min kum (semoga Allah menerima [amalan puasa] dari kami dan [amalan puasa] dari kalian). Allahu a'lam bish-showwab.