Jumat, 22 Juni 2007

Topik 21: MUSLIM dan Pola DSK

Bismillahirrahmanirrahim

Banyak sekali kita bertemu dengan pola-pola DSK di Al-Quran. Sebut contoh: muslim (orang yang tunduk), mu'min (orang yang beriman), mufsid (orang yang merusak), mundzir (orang yang memberi peringatan). Itu semua yang didepannya diawali oleh huruf Mim, yang merupakan ciri-ciri kata-benda orang (kata benda pelaku).

Belum lagi kata kerja sedang (KKS) yang berpola DSK, seperti: yuslim (sedang tunduk), yu'min (sedang beriman), yufsid (sedang merusak), yundzir (sedang memberi peringatan).

Perhatikan surat Al-Baqaroh ayat 1 - 12. Semua kata-kata itu Anda temukan, bukan?

Semuanya berpola DSK. Apa itu pola DSK?

Pola DSK adalah pola yang harokat huruf pertama Dhommah, huruf kedua Sukun, huruf ketiga Kasroh. Ya, Dhommah, Sukun, Kasroh (DSK).

Mari kita ambil contoh:




Disitu terlihat apa yang saya maksud DSK. Lihat, lingkaran-lingkaran kecil warna merah. Lingkaran pertama untuk D (dhommah), lingkaran kedua untuk S (Sukun) lingkaran ketiga untuk K (Kasroh).

Apa pentingnya DSK? Ini saya kasih bocorannya ya... hihi...

Pertama-tama bahwa jika Anda ketemu DSK, misalkan kata: yuslim -Kata Kerja Sedang KKS(dia tunduk), atau muslim ISIM-kata benda (orang yang tunduk), maka jika ketemu DSK seperti ini ingat-ingatlah pesan "guru":

"Hai anak-ku jika kamu menemui pola DSK, maka sebenarnya akar katanya sudah mendapat tambahan Alif"

Nah Anda sebagai anak yang baik, membaca-baca lagi buku, apa sih maksud "guru". Setelah Anda baca-baca buku pelajaran bahasa Arab, Anda jadi mengerti. Maksud Pak Guru sbb:

Ambil contoh: kata muslim. Terdiri dari 4 huruf kan: mim, sin, lam, mim

Akar katanya adalah: sin lam mim (sa-li-ma) سلم

Di kamus, kata salima itu artinya: selamat, sentosa

Lalu Anda buru-buru mengambil kesimpulan, ooh kalau begitu kata muslim (ada tambahan mim), artinya orang yang selamat, atau orang yang sentosa (bahagia). Nah ini kesimpulan anda terlalu terburu-buru.

Yang betul itu, seperti ini.

Anda dapatkan kata:
مُسْلِمٌ

Muslim. Lihat harokatnya: DSK kan?

Lalu cari akar katanya: - buang mim di depan, menjadi: sin lam mim.

Cari di kamus, kata sin-lam-mim. Di kamus anda akan ketemu kata SALIMA artinya selamat, sentosa.

Nah, karena muslim itu DSK, maka Anda harus mencari di kata ALIF SIN LAM MIM

أسلم

itulah pentingnya pola DSK. Artinya apa? Artinya, untuk tahu arti kata muslim, anda cari di kata

أسلم aslama

Di kamus anda ketemu kata tsb:

أسلم aslama, artinya: menyerah, atau tunduk

Dengan demikian orang yang menyerah, atau orang yang tunduk disebut:

مسلم muslim

Kira-kira Anda mengerti gak? Saya ulangi. Kalau ketemu di Al-Quran, suatu kata baik dia kata benda, atau kata kerja yang punya pola DSK, maka jangan Anda kira, maksud kata tsb adalah akar kata 3 huruf nya, tapi akar kata 3 huruf plus Alif.

Coba bandingkan:
سلم - salima: dia selamat, atau dia sentosa
أسلم - aslama: dia tunduk

Beda kan... antara selamat, dengan tunduk... Maka kata bentukan dari أسلم - aslama, itu juga merujuk kepada makna : tunduk.

Contoh:

Aku telah tunduk: أسلمت - aslamtu
Aku selalu tunduk: أسلم - uslimu
Dia telah tunduk: أسلم - aslama
Dia selalu tunduk: يسلم - yuslimu

dst...

Demikian telah kita jelaskan pola DSK, dimana pola ini bermanfaat mana kala Anda, ingin mencari tahu arti kata di kamus. Sebagai penutup, kita beri contoh: kata mufsiduun. Perhatikan kata ini akar katanya: fasada. Tetapi karena kata bentukannya mufsiduun, berpola DSK, maka Anda harus mencari di kamus arti mata mufsiduun itu pada kata أفسد - afsada, bukan di kata فسد . Artinya, kalau ingin tahu apa arti kata mufsiduun, carilah di entri kata afsada.

Insya Allah akan kita lanjutkan pada topik berikutnya...

Kamis, 14 Juni 2007

Topik 20: FASADA atau AFSADA? NAZALA atau ANZALA?

Bismillahirrahmaanirrahiim

Baiklah... topik yang lalu pertanyaan ini sudah dimunculkan. Kita bahas dalam topik ini ya... Insya Allah.

Sebagaimana telah disinggung sedikit, hampir semua kata kerja dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf. Beda dong ya sama bahasa Indonesia. Kata kerja "mempersatukan" dalam bahasa kita "asal" katanya (root) adalah satu (4 huruf). Kata "satu" ini mendapat awalan mem-per dan akhiran an. Banyak sekali orang asing yang sangat kesulitan dengan aturan imbuhan (awalan + akhiran) dalam bahasa Indonesia ini. Misalkan dalam tata bahasa Indonesia disebutkan:

me-xx-kan : membuat sesuatu menjadi xx
memper-xx-kan : membuat sesuatu menjadi saling ber-xx

maka,
me-satu-kan atau menyatukan (asimilasi) : membuat sesuatu menjadi satu
memper-satu-kan : membuat sesuatu saling bersatu

Nah, dalam bahasa Arab kata kerja juga mendapat imbuhan yang merubah arti. Dalam bahasa Arab proses penambahan imbuhan ini baik berupa awalan, sisipan, atau akhiran akan membentuk kata kerja baru yang disebut Kata Kerja Turunan (KKT).

Ada 12 jenis kata kerja turunan dalam bahasa Arab, akan tetapi yang paling sering digunakan hanya ada 8. Insya Allah kita akan bahas satu persatu nanti.

Oke biar gak bertele-tele kita akan kasih satu contoh. Kata kerja NAZALA نزل adalah kata kerja dasar (kadang disebut juga kata kerja asal, atau root word). NAZALA نزل artinya turun. Harap diingat lagi pelajaran-pelajaran sebelumnya yaitu kata kerja asal selalu bentuknya past tense dengan pelaku Dia laki-laki.Kita sudah jelaskan mengenai hal tersebut pada topik KKL (kata kerja lampau). Silahkan baca-baca lagi topik 1 s/d 5. Dengan aturan ini maka NAZALA نزل arti harfiahnya Dia turun.

Oh ya sebelum lupa, salah satu keunikan bahasa Arab adalah bahwa pada suatu kata kerja, pasti melekat siapa pelakunya. Contoh NAZALA artinya turun. Siapa pelakunya? Karena ini kata kerja asal (root) maka pelakunya adalah Dia laki-laki. Bagaimana kalau pelakunya saya, misalkan dalam kalimat:

"saya turun". Bahasa arabnya NAZALTU نزلتُ

Perhatikan: saya turun (2 kata) dalam bahasa arab hanya menjadi satu kata NAZALTU (inilah salah satu alasan mengapa terjemahan buku bahasa arab ke bahasa Indonesia menjadi lebih tebal dari buku aslinya).

Baiklah, kembali ke topik utama.

Kalau saya mau katakan "dia turun", maka kata turun disini tidak memerlukan objek. Beda kasusnya kalau saya sebut "dia makan", maka kata makan disini butuh objek (penderita). Saya bisa mengatakan "dia makan nasi". Kata nasi disini adalah objeknya.

Kalau begitu kata kerja dapat kita bagi menjadi kata kerja yang perlu objek dan kata kerja yang tidak perlu objek.

Sekarang kalau saya bertanya,bagaimana teknik mengubah kata kerja yang tidak perlu objek menjadi kata kerja yang perlu objek?

Proses pengubahan ini dalam bahasa arab disebut proses membentuk Kata Kerja Turunan Pertama atau KKT I

KKT I
Kata turun atau NAZALA, kalau saya ubah kata turun menjadi menurunkan, maka inilah yang disebut KKT I. Kenapa? Karena kata "turun" adalah kata kerja tidak perlu objek, dan kata "menurunkan" adalah kata kerja yang perlu objek.

Contohnya:
Dia turun : NAZALA نزل
Dia menurunkan buku: ANZALA AL-KITAABA أنزل الكتابَ

Kata turun dalam kalimat pertama tidak perlu objek. Tapi kata kerja pada kalimat kedua memerlukan objek.

Bagaimana prosesnya membentuk KKT I? Ternyata cukup sederhana. Kita hanya perlu menambahkan alif didepan kata kerja asal yang 3huruf. Huruf pertama sukunkan, huruh kedua dan ketiga fathahkan.

Sehingga:
nazala : dia turun نزل
anzala :dia menurunkan (sesuatu) أنزل

Allah menurunkan Quran : Allahu anzala al-quraana الله أنزل القرأن
Sama juga halnya dengan:

karuma : dia mulia كرم
akrama : dia memuliakan (seseorang) أكرم

Dia memuliakan ustadznya : akrama ustaazahu أكر م أستاذه

Atau contoh lain:
fasada: dia rusak فسد
afsada: dia merusakkan (sesuatu) أفسد

Dia merusakkan bumi : afsada al-ardha أفسد الأرض

Demikianlah telah kita bahas KKT I. Sebagai info tambahan bentuk kata kerja turunan tipe I (KKT I) ini cukup banyak ditemukan dalam Al-Quran. Untuk lebih mendalami KKT I ini insya Allah dua topik didepan akan mengkaji lebih dalam bentuk KKT I ini.

Minggu, 10 Juni 2007

Topik 19: Al-Baqaroh 12 & Manfaat Kamus

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah kita sudah sampai pada Al-Baqaroh ayat 11. Terakhir kita "terhenti" di ayat ini kan (lihat topik 16). Cukup panjang kita bahas ayat 11 ini sampai ke Topik 18. Kali ini kita mencoba baranjak maju ke ayat selanjutnya, yaitu ayat 12.

Kita cuplik ayat 12 ini:




Kita coba terjemahkan:

الا - alaa : ingatlah (dihafalkan saja)
ان - inna : sesungguhnya (akan dibahas dalam bab Harf Inna)
هم - hum : mereka
هم - hum : mereka (sebagai fa'il/pelaku)--> dibaca humu, karena setelahnya ada AL
المفسدون - al mufsiduuna : orang-orang yang berbuat kerusakan (fa'il)
و - wa : dan (terkadang bisa berarti tetapi)
لكن - la kinna : akan tetapi (akan kita bahas dalam bab Harf Inna)
لا - laa : tidak
يشعرون : mereka senantiasa (sedang) menyadari

Ingatlah, sesungguhnya mereka(lah) orang-orang yang berbuat kerusakan, akan tetapi tidak(lah) mereka (sedang) menyadari(nya).

Kita coba bahas ya.

Ada satu kata kerja (fi'il) dalam ayat ini yaitu : يشعرون - yas'uruuna : mereka sedang menyadari. Sisanya adalah isim dan harf. Isim yang menarik untuk dibahas adalah المفسدون - al mufsiduuna, dalam bentuk ma'rifah (spesifik), jika kita buang alif-lam menjadi مفسدون - mufsiduuna, dalam bentuk nakiroh (umum).

Oke kita bahas dua topik itu saja ya... Baiklah:

Kata يشعرون

Lihat pelajaran-pelajaran sebelumnya. Kita dihadapkan dengan kata kerja. Bagaimana tahunya dong mas? Sebenarnya sudah diajarkan dalam topik yang lalu, tapi tidak ada salahnya diulang disini. Oke tandanya bahwa dia itu kata kerja:
1. Dia diawali ya diakhiri waw nun.( يـ ... ون )
2. Ingat kembali bila ada pasangan YA, WAW, NUN itu merupakan ciri yang kuat dari fi'il mudhori' (KKS)
3. Arti dari KKS yang ada YA, WAW, NUN itu : mereka sedang ... kata-kerja
4. Jika kita buang YA, WAW, NUN, maka akan lahir kata kerja aslinya.

Kita elaborasi sedikit teknik ini:
Kata يشعرون kalau kita buang YA, WAW, NUN, maka tersisa شعر - sy 'u ru . Tinggal tiga kata: SYIN, 'AIN, RA.

Beberapa waktu yang lalu ada yang email ke alamat yahoo saya, menanyakan bagaimana caranya kita tahu harokat suatu huruf. Misal kita dikasih 3 huruf, arab gundul, شعر , nah bagaimana cara membacanya?

Oke kita bisa dapatkan banyak kemungkinan:
SYA 'A RA
SYA 'A RI
SYA 'A RU

SYA 'I RA
SYA 'I RI
SYA 'I RU

dst, banyak sekali kemungkinannya. Akan tetapi yang umum adalah biasanya (mayoritas) kata kerja asli yang terdiri dari tiga huruf itu harokatnya fathah semua, sehingga yang kita gunakan adalah:

شعر - sya 'a ra

untuk kepastian harokat tersebut kita perlu kamus (periksa di kamus). Di kamus akan ada entri berikut

شعر - يشعر : sya'a ra (KKL) - yas 'u ru (KKS) yang bisa berarti:
1. bersyair
2. menyadari / mengetahui

Maka kita pilih yang lebih tepat arti yang no. 2.

Disini dapat kita lihat arti pentingnya kamus bahasa Arab:
Jika kita sudah dapat akar kata (3 huruf) seperti SYIN 'AIN RA diatas, maka kita bisa mencari tahu 3 hal:
1. Kita bisa tahu apa KKL (Kata Kerja Lampau / fi'il madhy)
2. Kita bisa tahu apa KKS (Kata Kerja Sedang / fi'il mudhori')
3. Kita bisa tahu harokat untuk KKL dan KKS nya

Kembali lagi ke kasus diatas, kata يشعرون dalam Al-Baqaroh 12, jika kita pecah:
شعر - sya 'a ra : dia telah mengetahui
يشعر - yas 'u ru : dia sedang mengetahui
يشعرون - yas 'u ruu na : mereka sedang mengetahui

Oke mudah-mudahan jelas ya pren...

Sekarang kita masuk ke topik selanjutnya yaitu:

Kata al-mufsiduuna المفسدون

Kata al-mufsiduuna, ini adalah kata benda. Why? Jawabannya telah dijelaskan di topik-topik yang lalu, tapi kita ulangi saja disini ya:

1. Adanya huruf alif dan lam, ciri kata benda
2. Jikapun alif lam dibuang maka tinggal مفسدون - mufsiduuna, maka adanya MIM ... WAW NUN, maka ini ciri kata benda orang

Oke sekarang kita coba urai lagi...

Kata مفسدون - mufsiduuna, apa akar katanya?

Oke berikut kita coba teknik mencari akar kata untuk kata al-mufsiduun diatas:

Pertama-tama adanya MIM ... WAW NUN, berarti ciri dari kata benda orang, yang bisa berarti orang yang ...kata-kerja.

Oke kalau kita buang MIM, YA, NUN maka akan tersisa huruf FA SIN DAL.

فسد , sekali lagi, setelah proses pembuangan sebagian huruf kita tidak bisa langsung menentukan harokat masing-masing huruf bisa: fasada, fasadi, fasadu, fasuda, dst.

Lalu mana yang harus dipilih? Ini menjadi satu persoalan. Persoalan ke dua adalah, apakah akar kata al-mufsiduuna itu FASADA atau AFSADA? Loh apa lagi nih... bingung... biar gak bingung, Insya Allah temukan jawabannya dalam topik berikut, kita akan bahas mengenai topik DSK (Dhommah, Sukun, Kasroh), yang mana pola ini banyak sekali kita temui dalam al-Quran. Sebagai bocoran saja untuk topik depan, kata kerja asli (yang terdiri dari tiga huruf) dalam bahasa arab mempunyai 12 bentuk turunan. Yang umum adalah 8 bentuk. Bentuk yang sangat sering muncul dalam Al-Quran adalah bentuk turunan I.

Contoh kata kerja berikut:
nazala: turun
anzala: menurunkan (bentuk turunan I)

Nah bentuk turunan I ini yang Insya Allah kita akan pelajari. Kita akan mencari tahu apakah kata yang dipakai dalam Al-Baqarah 12 ini (dalam mufsiduun) itu:

fasada
afsada (bentuk turunan I).

Insya Allah.

Minggu, 03 Juni 2007

Topik 18: Tolonglah!

Bismillahirrahmanirrahim

Kita masih akan lanjutkan mengenai topik Fi'il Amr (Kata Kerja Perintah). Pada topik sebelumnya telah kita bahas 6 langkah mudah membentuk Fi'il Amr. Masih ingat kan? Gak ingat juga gak apa... Hehe... Topik kali ini akan kita lanjutkan lagi, pendalaman 6 langkah tsb.

Kita akan beri 2 contoh: yaitu menolong - nashoro نَصَرَ dan mempelajari/belajar - 'allama علّم

Contoh 1: نصر

Kita latih lagi 6 langkah tsb:
Langkah 1. KKL menolong --> NASHARA نصر
Langkah 2. KKS menolong --> YANSHURU ينصُرُ
Langkah 3. Buang YA --> NSHURU نْصُرُ
Langkah 4. Harokat akhir matikan --> NSHUR نصُرْ
Langkah 5. Harokat NUN sukun --> tambahkan alif --> Kemungkinan UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR
Langkah 6. Pilih UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR.

Kita berhenti sejenak disini. Kita dihadapkan dengan 3 pilihan. Dalam topik 18 ini, langkah ke 6 kita pertajam sbb:
6.1 Jika KKL terdiri dari 4 huruf, huruf pertama alif fathah, maka alif tambahan (hasil langkah 5) berharokat Fathah (lihat contoh AFSID : RUSAKLAH, pada topik 17).
6.2 Jika KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka harokat Alif tambahan (hasil langkah 5) adalah:
- kasroh jika huruf KKS sebelum terakhir fathah atau kasrah
- dhommah jika huruf KKS sebelum terakhir dhommah

Wuih... mangkin puyeng aje nih ane... Bang... Tenang... Tenang... Kita akan beri 2 contoh untuk memudahkan (kelihatannya saja rumit, tapi kalau dilatih dengan contoh Insya Allah gak seserem yang dibayangkan)... Oke kembali kita ke topik NASHARO. Kita sudah sampai pada langkah ke 5, dengan memberikan pilihan: UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR.

Mari kita terapkan rumus 6.1 dan 6.2

6.1 KKL dari MENOLONG adalah NASHARA نصر . KKL adalah 3 huruf. Sehingga rumus 6.1 ini tidak berlaku, karena rumus ini hanya berlaku untuk KKL 4 huruf, huruf pertama adalah alif berharokat fathah. Kalau demikian lanjut ke 6.2

6.2 KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka kita tinggal melihat harokat huruf sebelum akhir dari KKSnya. Okeh... KKS dari NASHARO adalah YANSHURU, huruf terakhir dari ينصرadalah RO, huruf sebelum akhir adalah SHOD. ينصُر. Harokat SHOD apa???? Harokat SHOD dhommah ( ُ ). Jika dhommah, maka alif tambahan (hasil langkah 5) juga berharikat dhommah. Sehingga menjadi انصر UNSHUR (bukan INSHUR, atau ANSHUR).

Jadi kita ringkas:
نصر - NASHARO : (dia telah) menolong --> KKL
ينصر - YANSHURU : (dia sedang) menolong --> KKS
لا تنصر - LA TANSHUR : (hai kamu) jangan menolong ! --> Perintah larangan
انصر - UNSHUR : (hai kamu) MENOLONGLAH! --> fi'il amer (PERINTAH)

Gimana Mas, jelas kan? Hmmm... rada ribet ya... Ya, namanya belajar, musti kudu bersusah-susah dikit. Jurus yang saya berikan ini sudah yang dipermudah loh... Bisa-bisa kalau Mas belajar dengan ustadz lain, rumus yang diberikan lebih susah hehe... Atau malah disuruh gapalin rumus?

Okeh... kita masuk ke contoh 2: 'ALLAMA (mempelajari/belajar)

Kita ulangi 6 langkah diatas.
1. KKL : 'ALLAMA علم
2. KKS : YU'ALLIMU يعلم
3. Buang YA: 'ALLIMU علِّمُ
4. Harokat akhir matikan: 'ALLIM علمْ
5. Harokat huruf awal, yaitu harokat 'AIN fathah, berarti rumus 5 tidak berlaku
6. Karena rumus 5 tidak berlaku maka rumus 6 juga tidak berlaku

Kesimpulan:
علّم - 'allama: (dia telah) memperlajari/belajar --> KKL
يعلم - yu'allimu: (dia sedang) belajar --> KKS
لا تعلم - laa tu'allim: (hai kamu) jangan belajar --> Kata kerja perintah larangan
علّم - 'allim (berhenti sampai langkah 4 diatas) : (hai kamu) Belajarlah! --> Fi'il amr.

Demikian dua contoh telah diberikan untuk mempertajam teknik menentukan fi'il amr. Insya Allah untuk contoh-contoh yang lain akan kita lanjutkan.