Senin, 30 April 2007

Topik 13: Muannats, Mudzakkar, Mufrod, Mutsanna, Jamak

Bismillahirrahmanirrahim

Kaifa haalukum كيف حالكم? Gimana permirsa kabar antum sekalian? Kaif? Semoga tetap semangat dalam belajar Al-Lughoh Al-Arabiyyah اللغة العربية

Terakhir kemaren ayat berapa? Ayat 4, ya... Okeh... Insya Allah topik kali ini kita masuk ke ayat 5, dan 6. Dan kita akan pelajari mengenai kata benda (isim) yang berjenis maskulin (pria) / mudzakkar, dan yang berjenis feminim (wanita) / muannats.

Muannats - Mudzakkar
Apa sih ini? Okeh, dalam bahasa Arab bedanya dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sebuah kata benda itu di"takdir"kan punya jenis, apakah jenis perempuan, atau laki-laki. Yang berjenis perempuan itu biasanya ada tanda ta marbutoh dibelakanngnya misalkan:
الشجرة- asy-syajaratu (sebuah pohon)
الطائرة- ath-thooirotu (sebuah pesawat)
الدراجة- ad-darroojatu (sebuah sepeda)

Kata-kata isim alam (kata benda yang tampak wujudnya) spt diatas, kalau digandengkan dengan kata sifat (besar, kecil, dll), atau kata tunjuk (ini, itu) maka kata sifat atau kata tunjuk yang dipilih adalah kata berjenis perempuan juga. Kenapa? Hehehe... sudah lupa ya, dalam bahasa Arab, kata sifat itu adalah kata benda, dan kata tunjuk itu juga kata benda (isim). Dua isim yang saling terkait harus berjenis sama.

Contoh:
تلك الشجرة - tilka asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> BETUL
ذلك الشجرة - dzalika asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> salah secara grammar, karena ذلك-dzaalika (itu) adalah kata tunjuk (isyim isyaroh) berjenis laki-laki, sedangkan pohon, adalah isim yang berjenis perempuan.

Mufrod, Mutsanna, Jamak
Apalagi nih? Nah bahasa Arab juga sangat "care" tentang jumlah benda. Misal dalam bahasa Indonesia:
Saya membeli mobil.

Apa yang terbayang? Bisa jadi mobil yang dibicarakan itu satu buah mobil, bisa dua mobil, bisa 3 mobil atau lebih. Dan kadang kita juga 'gak peduli ya?

Dalam bahasa Arab, saya sebut spt ini:
إشتريتُ سيارةً-isytaraitu sayyaaratan (saya telah membeli sebuah mobil)

Kalau saya telah membeli 2 mobil, maka saya mengatakan:
إشتريتُ سيارتان-isytaraitu sayyarataani (saya telah membeli dua buah mobil)

Dan kalau saya membeli lebih dari 2 mobil (3 atau lebih), maka saya mengatakan:
إشتريتُ سياراتَ-isytaraitu sayyaaraatan (saya telah membeli banyak mobil)

TIPS:
1. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah dua, maka kita perlu menambahkan ALIF NUN ان dibelakang kata bendanya. Contoh:
سيارتان، سيارة- sayyarataani (2 buah mobil)
طائرتان، طائرة- thooirotaani (2 buah pesawat)
دراجتان، دراجة- darroojataani (2 buah sepeda)

2. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah banyak (lebih dari 2), maka untuk yang berakhir ta marbutah ة atau ـة tinggal diubah menjadi ALIF TA ات. Contohسيارات، سيارة- sayyaarootun (banyak mobil)
طائرات، طائرة- thooirootun (banyak pesawat)
دراجات، دراجة- darroojaatun (banyak sepeda)

Demikian dulu permirsa, Insya Allah akan kita lanjutkan.

Kamis, 26 April 2007

Topik 12: Surat Al-Baqarah ayat 4

Bismillahirrahmanirrahim

Sebenarnya saya mau lanjut ke ayat 5, tapi karena pada topik 11, di bagian comments ada yang "ngeluh" kok susah ya, akhirnya saya tunda dulu membahas ayat 5. Gak apa-apa deh, yang penting pemirsa ngerti... Kaif? eh gomong-ngomong kaif itu artinya "gimana".

Oke, lanjut. Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada fi'il majhul. Aduh mas jangan kasih istilah-istilah yang berat dong... Oke. Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada kata kerja pasif. Mungkin makin tinggi topiknya terasa makin berat ya? Hmm... bisa jadi karena saya agak sedikit sibuk, sehingga tulisannya pendek-pendek (beda dengan topik awal kali ya, yang tulisannya panjang-panjang). Atau bisa jadi model penulisannya, dimulai dari teori, baru praktek. Model begini mungkin terasa membosankan. Oke deh, saya ubah modelnya, pertama latihan dulu baru terakhir teori.

Balik ke ayat 4 surat al-Baqarah.


Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan dan apa yang diturunkan kepada sebelummu, dan kepada hari akhirat mereka yakin.

Hafalkan kata-kata berikut (gak diafalin juga gak apa-apa):
و-wa : dan
الذين-al ladziina : orang-orang yang

يؤمنون- yu'minuuna : mereka senantiasa beriman (lihat ada يـ dan ون sebagai tanda dari KKS (ingat rumus YA ANITA) dan ون sebagai tanda untuk "mereka"
بـ-bi : dengan
ـما-ma : apa-apa yang
أنزل-unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11)
إليـ-ilay / asalnya إلي-ilaa : kepada
ك-ka : engkau
و-wa : dan
ما-maa : apa-apa yang
أنزل-unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11)
من-min : dari --> huruf jar (lihat topik sebelumnya)
قبلـ-qabli / asalnya قبل-qobla : sebelum
ك-ka : engkau
و-wa : dan
بـ-bi : dengan
الأخرة-akhiirat : akhirat
هم-hum : mereka
يوقنون-yuuqinuun : mereka senantiasa yakin --> KKS

Kesimpulannya adalah: bahwa pengetahuan mengenai KKS, KKL, dan rumus-rumusnya spt YA ANITA, AA dan UI, akan sangat membantu kita dalam menerjemahkan dan memahami Al-Quran. Allahu a'lam.

Rabu, 25 April 2007

Topik 11: Kata Kerja Lampau (KKL) Pasif

Bismillahirrahmanirrahim

Topik kali ini, kita akan melihat ciri-ciri kata kerja lampau pasif. Kenapa kita masuk topik ini? Ingat pada topik sebelumnya kita sudah sampai pada ayat 4 surat Al-Baqaroh. Pada ayat 4 ini kita Insya Allah temukan kata-kerja lampau pasif tersebut.

Oke oke... Ada gak beda kata kerja pasif dalam Bahasa Indonesia dan Arab? Sepintas saya lihat tidak ada (nanti Insya Allah kita akan bahas lebih dalam bahwa sebenarnya ada bedanya yang cukup signifikan).

Misal, dalam bahasa Indonesia kita berkata begini:

Umar telah memukul --> Kata kerja lampau aktif
Umar telah dipukul --> Kata kerja lampau pasif

Dalam bahasa Arab juga demikian.
ضَرَبَ عُمَرُ -- dhoraba 'umaru
(Umar telah memukul)

Oh iya sebelum saya lupa, dalam bahasa Arab (atau dalam Al-Qur'an)biasanya lebih umum meletakkan Pelaku dibelakang kata kerjanya. Contoh diatas: Umar memukul, dapat saya tulis
عُمَرُ ضَرَبَ ('umaru dhoraba) --> Umar telah memukul
ضَرَبَ عُمَرُ (dhoraba 'umaru) --> Umar telah memukul (lebih sering digunakan)

Nah sekarang untuk membentuk pasif, kata ضَرَبَ (dhoraba--telah memukul) berubah menjadi ضُرِبَ (dhuriba--telah dipukul).

Oh berarti perubahannya hanya pada harokat kata kerja lampaunya ya? Ya.. ya... Anda cerdas...

INGAT RUMUS INI : AA - UI
AA adalah kata kerja lampau (KKL) aktif
UI adalah kata kerja lampau (KKL) pasif

Ingat:
ضَرَبَ - harokat huruf pertama A (dho), harokat huruf sebelum akhir A (ra)--> telah memukul
ضُرِبَ - harokat huruf pertama U (dhu), harokat huruf sebelum akhir I (ri)--> telah dipukul

Kasih contoh lain dong Mas. Oke lihat surat Al-baqorah ayat 4.



Terlihat disitu ada kata: أُنْزِلَ (unzila-- telah diturunkan)

Kata kerja ini terdiri dari 4 huruf.
RUMUS AA - UI : AKTIF - PASIF
أُنْزِلَ -- unzila (telah diturunkan)
أَنْزَلَ -- anzala (telah menurunkan)

4 Huruf: (1) Alif, (2) Nun, (3) Zal, (4) Lam
AKTIF AA --> harokat huruf 1 = A (untuk huruf Alif), harokat huruf sebelum akhir = huruf 3 = A (untul huruf Zal)
PASIF UI --> harokat huruf 1 = U (untuk huruf Alif), harokat huruf sebelum akhir = huruf 3 = I (untuk huruf Zal)

Demikian rumus AA-UI untuk KKL (Kata Kerja Lampau). Insya Allah akan kita lanjutkan lagi minggu depan.

Senin, 16 April 2007

Topik 10: Tinjau Ulang Kata Kerja (Fi'il)

Bismillahirrahmanirrahim

Pada topik yang lalu kita sudah melihat pembagian jenis kata kerja dalam bahasa Arab yaitu hanya terbagi dua macam: Kata Kerja Sedang (KKS), dan Kata Kerja Lampau (KKL)

Kembali ke Laptop, eh maksudnya ke Quran. Surat Al-Baqarah ayat 3:




Di ayat ini kita temui 3 KKS dan 1 KKL. Yang mana itu? Insya Allah Anda sudah tahu bukan? Saya ulangi kembali:
Yang bentuk sedang
يؤمنون
– yu’ minuu-na (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang beriman
يقيمون
– yu qii-muu-na (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang mendirikan (sholat)
ينفقون
– yun fi-quuna (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang berinfaq

Yang bentuk lampau
رزقناهم
-- asal nya adalah رزق – ro-za-qo (yang artinya rezkikan) lalu mendapat akhiran نا (yang artinya kami (telah)) dan هم (yang artinya kepada mereka). Jadi Razaqnaahum artinya (yang kami telah rezkikan kepada mereka).

Fokus topik kali ini adalah menjelaskan Tips memeriksa apakah kata kerja itu termasuk KKS atau KKL.

Perhatikan contoh diatas sekali lagi. Sebelum saya kasih tips nya, kita lihat satu contoh dulu:



Terlihat bahwa untuk KKS: selalu ada tambahan diawal kata kerjanya. Maksudnya? Ya lihat saja contoh diatas. Kata asalnya adalah كتب-kataba. Lalu untuk membentuk kata kerja sedang (KKS), tambahan huruf sebelum كتب- yang biasa (sering muncul di Al-Quran adalah) أ, ت, يـ, يـ..ون . Jadi asal ketemu kata-kata tambahan tsb terhadap suatu kata kerja, maka bisa dikira-kira maksud kata kerja tsb adalah kata kerja sedang (KKS).

Hal itu dapat diringkaskan dalam rumus berikut:



Mas, oke deh... Saya dah ngerti, mengenai teknik membedakan KKS dan KKP. Tapi Mas... hmmm ngomong-ngomong kok kita gak beranjak dari Ayat 3 surat Al-Baqaroh. Padahal ini sudah topik yang ke 10 loh.

Ok. ok. Terima kasih diingatkan. Sekarang saya kasih tugas. Ada berapa Fi'il dalam ayat 4 ini?



Kalau jawaban anda 4, maka kita bisa lanjut ke topik berikutnya Insya Allah, mengenai kata kerja Pasif. Lihat di ayat 4 diatas kata أنزل-unzila, adalah kata kerja pasif (artinya diturunkan), karena dia KKL (fi'il madhy), maka lebih tepat artinya "telah diturunkan". Bagaimana ciri-ciri KKL Pasif. Insya Allah akan kita bahas setelah pesan-pesan berikut.

Kamis, 12 April 2007

Topik 9 : Dia, Dia Berdua, Mereka

Bismillahirrahmanirrahim.

Kata yang sering muncul dalam Al-Quran adalah kata ganti orang ke 3 untuk laki-laki, yaitu:
Dia هُوَ huwa
Dia berdua هُمَا humaa
Mereka هُمْ hum

Hafalkan: huwa, humaa, hum

Contoh kalimat:

Dia ganteng: هو جميلٌ huwa jamiilun
Dia berdua ganteng: هما جميلانِ huma jamiilaani
Mereka ganteng: هم جميلُوْن hum jamiiluuna

Kata ganti orang berdua (dia berdua atau هما-humaa) agak jarang ditemukan dalam Al-Quran, dibandingkan dengan Dia (seorang) هو-huwa, atau Dia banyak (mereka) هم-hum. Jadi ingat sekali lagi:

هو-huwa dia
هم-hum mereka

Latihan 1:
Farid adalah seorang siswa. Dia jujur.

Farid فريد-Fariid
adalah -- dalam bahasa Arab, tidak ada kata pengganti adalah
seorang siswa تلميذ-tilmiizun

Dia هو-huwa
jujur صادق-shoodiqun

Jadi kalimatnya menjadi:
فريد تلميذ-fariidun tilmiizun (farid seorang siswa)
هو صادف-huwa shoodiqun (dia jujur)

Latihan 2:
Orang-orang muslim itu ganteng. Mereka orang-orang yang jujur.
المسلمون جميلون-almuslimuuna jamiiluuna (orang-orang muslim itu ganteng-ganteng)
هم صادقون-hum shoodiquuna (mereka jujur)

TIPS:
Terlihat bahwa untuk kata sifat (ganteng, jujur), jika untuk 1 orang (dia satu orang) tidak ada tambahan waw nun (ون). Lihat bedanya dengan untuk banyak orang (mereka) ada tambahan waw nun di akhir kata sifatnya. Ingat صادق dengan صادقون.

Senin, 09 April 2007

Topik 8: Mengimani, Mendirikan, Rezkikan, Menginfakkan

Bismillahirrahmanirrahim

Topik kali ini insya Allah kita akan membahas mengenai fi’il (kata kerja). Dalam bahasa Arab kata kerja dibagi 2 jenis, yaitu kata kerja sempurna--perfect tense (atau telah lewat – Past Tense), dan kata kerja belum sempurnya--imperfect tense (atau sedang dilakukan, atau akan dilakukan – Present Tense/Future Tense). Bagi yang sudah biasa berhasa Ingris, kenyataan ini cukup mengherankan. Bahasa Arab ternyata lebih sederhana!!!

Kata kerja sempurna, dan belum sempurna... Nah loh, apa lagi tuh...?

Kalau dalam bahasa Indonesia kita bisa berkata begini:

”Muhammad membaca buku”.

Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Ya, anda akan tahu bahwa ada orang yang bernama Muhammad membaca buku? Kalau saya tanya, ”Kapan?”, ”Kapan dia membaca buku?”. "Apakah sekarang dia sudah selesai membaca buku?". Nah disini Anda mulai kerepotan. Yah itulah kelemahan bahasa Indonesia. Tidak ada indikasi kapan sesuatu perkejaan dilakukan. Bisa itu dikerjakan kemaren, saat ini, atau besok.

Bagaimana dalam bahasa Arab? Dalam bahasa Arab maka suatu perkerjaan dibedakan dalam 2 domain waktu saja, yaitu telah dilakukan (telah selesai dilakukan, atau telah lewat), atau belum selesai dilakukan (sedang dilakukan, atau akan dilakukan). Misalkan spt ini:

محمد يَقْرَأُ الكِتَابَ
Muhammadun yaqra-u al-kitaaba (Muhammad sedang membaca buku)

محمد قَرَأَ الكِتَابَ
Muhammadun qara-a al-kitaaba (Muhammad telah membaca buku)

Terlihat dari dua kalimat diatas, terdapat 2 isim (kata-benda) yaitu محمد dan الكِتَابُ . Sedikit mengulang topik yang lalu mengenai kata benda spesifik (ma’rifah) dan belum spesifik (nakiroh). Kata buku (كِتَابٌ – kitaab) maka karena ada ( al- الــ ) maka dia menjadi spesifik (artinya orang yang mendengar kalimat itu dianggap sudah mengerti buku mana yang dimaksud). Jika ingin tahu lebih detail masalah ini lihat topik-topik yang lalu.

Isim yang kedua adalah محمد Muhammadun (atau kalau dalam bahasa lisan – Muhammad). Karena ini nama orang, bukan nama jenis, maka ini termasuk spesifik. Artinya pendengar (orang yang mendengar kalimat ini diucapkan), dianggap telah tahu Muhammad mana yang dimaksud (apakah Muhammad Rafli, Muhammad Satori, dll).

Kata yang ketiga yang kita temui dalam kalimat diatas adalah kata kerja : membaca. Ada 2 format yang kita temui yaitu:

يَقْرَأُ
--ya'ra-u dia sedang membaca
قَرَأَ
–-qa-ra-a dia telah membaca

Nah, pada topik kali ini kita telah mempelajari dua jenis kata kerja yaitu: kata kerja sedang, dan kata kerja telah (lihat contoh diatas).

Oke oke... bagaimana kita membedakan bahwa suatu kata itu bersifat sedang (fi’il mudhori’) atau bersifat lampau (fi’il madhy)?

Lihat contoh diatas baik-baik. Terlihat bahwa beda antara bentuk sedang dan telah hanyalah apakah ada tambahan kata didepan nya. Bingung?

Gini… gini… Kata membaca
قَرَأَ
– qa-ra-a adalah asal kata dari membaca… Aduh apa lagi nih… apa maksud asal kata itu?

Gini. Dalam bahasa Arab, kata itu punya asalnya (atau akarnya). Misal kata
مُسْلِمٌ
muslimun (1 orang pria muslim), asal kata nya أَسْلَمَ dan akar kata dari aslama adalah سَلَمَ – sa-la-ma. Sebagai informasi awal (Insya Allah akan dibahas lebih detail), akar kata "asli" bahasa Arab, terdiri dari 3 huruf. Akar kata ini menjadi indeks awal di kamus. Jadi kalau mencari kata muslim مُسْلِم jangan dicari di huruf
م
, tapi carilah di huruf س.

Kembali lagi, dalam bahasa arab, akar kata itu berbentuk kata kerja telah (fi’il madhy). Jadi asal kata membaca itu
قَرَأَ
– qa-ra-a kalau dicari di kamus dicari di huruf ق.

Jangan mentang-mentang ketemu kata-kata
يَقْرَأُ
– yaq’ra’u (yang artinya juga membaca), maka Anda ujug-ujug mencari di kamus pada huruf
ي
. Insya Allah gak bakalan ketemu…. Hahaha…

So, kesimpulannya apa? Kesimpulannya adalah: Kalau mau menjadikan suatu kata kerja menjadi bentuk sedang maka tambahkan ي atau يـــ (ya) di depan kata kerja bentuk lampau (kata kerja telah). Gampangkan?

Sebagai latihan mari kita lanjutkan surat Al-Baqorah ayat 3



Perhatikan ada 4 kata kerja diatas, 3 merupakan bentuk sedang, 1 bentuk telah? Bisa Anda tebak? Mestinya bisa doongg... kan saya dah kasih rumusnya...

Yang bentuk sedang
يؤمنون
– yu’ minuu-na (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang beriman
يقيمون
– yu qii-muu-na (lihat ada tambahan يــ diawal kata) – mereka sedang mendirikan (sholat)
ينفقون
– yun fi-quun (lihat ada tambahan يــ diawak kata) – mereka sedang berinfaq

Yang bentuk lampau
رزقناهم
-- asal nya adalah رزق – ro-za-qo (yang artinya rezkikan) lalu mendapat akhiran نا (yang artinya kami telah) dan هم (yang artinya kepada mereka). Jadi Razaqnaahum artinya (yang kami telah rezkikan kepada mereka). Mengenai akhiran ini akan kita bahas pada topik berikut.

Rasa Bahasa / Makna Sedang

Kalau kita baca “sedang beriman”, “sedang mendirikan (sholat)”, “sedang berinfaq”, kurang cocok dengan rasa bahasa Indonesia. Maka kembali ke hokum dasar, maka kata kerja bentuk sedang dalam bahasa Arab juga dapat diterjemahkan kebiasaan (atau pekerjaan yang rutin dilakukan).

Maka kalimat diatas dapat diterjemahkan:
Mereka terus beriman, dan mereka selalu mendirikan (sholat), dan mereka rajin berinfaq

Demikian dulu topik ini kita akhiri. Insya Allah, pembahasan yang lebih dalam akan kita lanjutkan nanti.

Rabu, 04 April 2007

Topik 7: Tinjau ulang topik 1 s/d 6

Bismillahirrahmanirrahim.

Pada topik 1 kita telah menjelaskan jenis-jenis kata dalam bahasa Arab, yaitu: (1) isim--kata benda, (2) fi'il--kata kerja, dan (3) harf (atau huruf)--kata tugas. Topik 2 sampai 5 kita telah jelaskan jenis-jenis isim dan harf. Topik 6 agak melenceng sedikit, menjelaskan masalah mudhof (atau kata majemuk).

Sekarang kita review ulang surat Al-Baqaroh 1-2:



Kitab itu, tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.

Karena tujuan akhir kita adalah bagaimana dengan cepat kita bisa menerjemahkan (ingat bukan menafsirkan loh... karena untuk menafsirkan perlu ilmu-ilmu lain), maka cara tercepat menurut saya adalah kemampuan memenggal-menggal kata dalam kalimat. Perhatikan ayat 2 diatas, menurut Anda terdiri dari berapa penggalan kata? Kalau jawaban Anda 7 maka jawabannya salah. Jawaban yang betul adalah 9 kata yaitu:

ذلك.....الكتاب..... لا..... ريب...... في....... ـه...... هدى...... ل..... المتقين

Teknik selanjutnya adalah (ini menurut pendapat saya pribadi loh...) setelah mengetahui 9 kata tersebut kita mengetahui apakah dia termasuk isim, fi'il, atau harf. Why? Karena kalau sudah punya "feeling" jenis-jenis kata tsb, kita minimal bisa "nebak-nebak" artinya.

Okeh... sekarang kita urai satu-satu. ذلك itu, الكتاب buku, لا tidak ada, ريب keraguan, في didalam, ـه nya, هدى petunjuk, ل bagi, المتقين orang-orang yang bertaqwa.

ذلك dzalika: itu --> isim isyaroh (kata benda tunjuk)

الكتاب al-kitaabu: buku --> isim alam ma'rifah (kata benda yang sudah spesifik)

لا laa: tidak ada --> harf (kata tugas), tugasnya adalah meniadakan secara makna kata setelahnya

ريب roiba: keraguan --> isim

في fii: didalam --> harf jar (kata tugas), tugasnya adalah menjadikan kata setelahnya tidak berakhiran un atau u, tetapi in atau i. Lihat topik 5.

ـه hi: nya --> isim dhomir (kata ganti orang)

هدى hudan: petunjuk --> isim

ل li: bagi --> harf jar (kata tugas). Lihat topik 5

المتقين al-muttaqien: orang-orang yang bertaqwa --> isim alam.

Setelah tahu pembagian tsb, lalu ngapain? Apa pentingnya tahu pembagian isim, fi'il, harf? Nah kembali lagi kita lihat ayat 2 diatas, terdiri dari 9 kata. Adakah kata kerja (fi'il) didalamnya? Tidak ada khan?

So??? Ya, kalau tidak ada berarti kalimat tsb kalimat yang tidak ada kata kerjanya. Ah bingung... Gini2x... Kalau saya sebutkan:

Rumah dipuncak bukit itu indah rupawan, diatasnya ada pemandangan gunung yang menghijau.

Nah, walau kalimat itu panjang, adakah bayangan "pekerjaan" dalam kalimat diatas? Bandingkan dengan ini.

Rumah dibawah lembah itu ditimpa longsor, dari batu yang menggelinding dengan cepat, menimpa lalu meremukkan rumah tersebut.

Nah dalam kalimat ini ada kata kerjanya yaitu: ditimpa, menggelinding dengan cepat, menimpa, meremukkan. Terbayang ada "Action" disini kan, ada sesuatu yang bergerak, bekerja. Itulah kata kerja (atau fi'il) dalam bahasa Arab.

Kembali lagi ke ayat 2 surat Al-Baqaroh diatas, kita tidak menemukan fi'il (atau kata kerja). Semuanya kata benda dan harf (kata tugas) saja.

Buku itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-orang bertakwa.

Kalimat ini semacam kalimat pemberitahuan, bahwa kitab itu (yaitu Al-quran) tidak ada keraguan sedikitpun didalamnya, dan dia adalah petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.

Perlu dilihat disini kata-kata لا yang diikuti kata benda yang berbentuk nakiroh (umum) ريب : keraguan. Tugas Laa itu adalah meniadakan apapun jenis kata benda setelahnya (yaitu keraguan). Yang bisa diterjemahkan, tidak ada setetespun (sedikitpun) terhadap segala jenis keraguan, didalamnya.

Demikian dulu topik ini kita tutup... Insya Allah akan kita lanjutkan lagi...

Senin, 02 April 2007

Topik 6: Rumah Pria Besar

Bismillahirrahmanirrahim

Kalau saya menyebut kalimat begini "Rumah pria besar". Atau "Rumah pria yang besar itu". Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Apakah yang besar itu? Apakah "Rumah" atau "Pria"nya?

Kalau saya tulis: Rumah pria yang besar, ada 2 kemungkinannya:
(Rumah pria) yang besar --> yang besar Rumahnya
Rumah (pria yang besar) --> yang besar Prianya.

Masalah-masalah spt ini sering muncul dalam ber-bahasa Indonesia. Tafsir kalimat jadi abu-abu, dan kabur.

Salah satu mu'jizat bahasa Arab (paling tidak menurut saya yang baru belajar ini) adalah, menjelaskan tafsir yang sebenarnya. Sehingga makna kalimat menjadi jelas, tidak abu-abu.

Ambil contoh yang tadi:


بيتُ الرجلِ العظيمِ


Baytur rajuli al-'adziimi --> Rumah (pria yang besar). Prianya yang besar, rumahnya bisa jadi kecil.

Tapi kalau saya tulis begini:


بيتُ الرجلِ العظيمُ


Baytur rajuli al-'adziimu --> (Rumah pria) yang besar. Yang besar adalah Rumahnya, prianya bisa jadi kecil.

Terlihat kan, bahwa dengan hanya merobah harokat ُ ِ maka kejelasan makna kalimat menjadi terang sekali. Berbeda dengan bahasa Indonesia kan?

Topik ini nanti dibahas pada bagian Mudhof. Insya Allah.

Topik 5: Huruf Jar

Bismillahirrahmanirrahim

Topik kali ini, kita akan membahas mengenai Huruf Jar. Binatang apakah ini? Dalam bahasa Indonesia kita biasa menyebut kata depan spt:

Saya di rumah
انا في البيت ana fii al-bayti

Kata: di (atau didalam) dalam bahasa Arab adalah في fii, inilah yang disebut huruf Jar.

Kembali ke surat Al-Baqaroh: 1-2

Kitab itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang muttaqien. Ada 2 huruf jar kita temui yaitu:

لا ريب فيه (laa raiba fii hi) yaitu pada kata فيـ (fii) yang artinya di atau didalam
هدى للمتقين(hudan lil-muttaqien) yait pada kata ل (li) yang artinya bagi. Kata للمتقين ini jika kita pecah terdiri dari 2 kata yaitu ل (li) dan المتقين (al-muttaqien).

Apa saja huruf jar yang sering dijumpai?

Tadi sudah disebutkan dari, untuk. Yang cukup banyak dijumpai adalah:
من min = dari
إلى ila = ke
عن 'an = dari
على 'ala = diatas
تحت tahta = dibawah
في fii = didalam
ل li = untuk/bagi

Wah wah banyak yang mesti dihafal ya? Kalau gak mau repot, kalau menghafalkan surat Al-Baqaroh, ingat saja kata fii dan li.

Untuk latihan:
Saya didalam pasar
انا في السوق -- ana fi as-suuqi

Dia dari terminal
هو من المحطة huwa minal mahaththoti

Sebelum menutup topik ini, dulu waktu saya menghafal ayat Al-Quran, kadang suka salah.

Misalkan yang betul:
laa roiba fiihi hudal lil muttaqien. للمتقين

Nah saya suka lupa menyebutkan begini:
laa roiba fiihi hudal lil muttaquun. للمتقون

Walaupun secara arti, keduanya artinya sama, tetapi secara tata-bahasa yang betul adalah yang pertama (muttaqien).

Nah lalu, apa bedanya muslimiin, dengan muslimuun? Ini dibahas dalam topik berikut. Topik berikut insya Allah, mengenai hukum yang berkaitan dengan huruf jar.